Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Warga Papua Peminta Suaka Australia Mengadu ke Komnas HAM

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Dua warga Indonesia asal Papua yang pernah meminta suaka politik ke Australia mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, kemarin. Mereka meminta perlindungan Komnas HAM. Kedua orang itu yakni Yubel Kareni, 22 tahun, dan Hana Gobay, 23 tahun, mengaku diancam akan dibunuh oleh para pihak yang mengaku tidak suka Papua menjadi bagian Indonesia. Kalau kami memaksa kembali di Indonesia, kami diancam akan dibunuh karena dianggap pengkhianat, kata Hana di kantor Komnas HAM.Yubel dan Hana menuturkan pada Mei 2004 bersama 43 warga Papua lainnya berangkat ke Australia menggunakan perahu tradisional melalui Merauke, Papua. Pada Januari 2005, mereka sampai ke Australia. Hanasemula mahasiswi semester VII Universitas Manadomenjelaskan, ke-43 orang yang berangkat itu pada awalnya diiming-imingi studi gratis ke Australia. Setiap orang diwajibkan membayar sebesar Rp 7 juta pada Herman Wainggai, yang belakangan diketahui pentolan Organisasi Papua Merdeka dan West Papua Authorities.Di Australia, kata mereka, selain mendapat suaka mereka juga dijamin per dua minggu mendapat dana dari pemerintah Australia senilai US$ 450 dan perumahan gratis. Namun, belakangan mereka baru mengetahui didoktrin politik untuk mendukung Papua tidak menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yubel bahkan baru mengetahui kalau mereka mendapat suaka. Kami merasa ditipu, kata Yubel yang semula siswa kelas 3 di SMA Serui Papua.Hana dan Yubel mengatakan, aktivitas di Australia penuh dengan aroma politik untuk memisahkan Papua dari Indonesia. Hana dan Yubel menyarankan warga Papua agar tidak mudah terbujuk rayu iming-iming studi ke Australia. Karena ujung-ujungnya kami diminta mendukung gerakan separatis mereka, kata Hana. Karena dijadikan obyek inilah mereka memutuskan lari dari Australia dan kembali ke Papua.Keduanya tiba di Indonesia pada 23 September lalu atas bantuan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia di Canberra. Dari Australia mereka mendarat ke Denpasar, Bali, dan langsung melanjutkan perjalanan ke Papua.Adapun Komnas HAM, menanggapi permohonan keduanya, langsung mengirim surat dengan nomor 2.373/K/PMT/IX/2008 kepada Gubernur Papua dan Kepolisian Daerah Papua. Komnas meminta kedua lembaga pemerintahan itu memberi perlindungan untuk mendapatkan hak-hak terutama hak pendidikan.Surat yang ditandatangani Komisioner Johny Nelson Simajuntak, Komnas HAM meminta mereka melindungi keduanya agar bebas dari tekanan pihak lain. Kedua orang ini mengadu ke Komnas HAM karena sepulang ke Papua, mereka terus-menerus mendapat tekanan.| Anton Aprianto
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Meksiko Tawarkan Suaka Politik ke Julian Assange

5 Januari 2021

Julian Assange. AP/Kirsty Wigglesworth, File
Meksiko Tawarkan Suaka Politik ke Julian Assange

Presiden Meksiko menawarkan suaka politik kepada Julian Assange setelah hakim di Inggris menolak mengekstradisinya ke Amerika Serikat.


Otoritas Cina Tangkap 12 Warga Hong Kong saat Berlayar ke Taiwan

8 September 2020

Pengunjuk rasa anti UU Keamanan Nasional Hong Kong berdemo pada hari peringatan penyerahan Hong Kong dari Inggris ke Cina, 1 Juli 2020. Ketika ribuan demonstran berkumpul di pusat kota untuk berdemonstrasi tahunan yang menandai hari peringatan penyerahan bekas jajahan Inggris ke Cina di 1997, polisi anti huru hara menggunakan semprotan merica untuk melakukan penangkapan, sementara toko-toko dan satu stasiun metro tutup. [REUTERS / Tyrone Siu]
Otoritas Cina Tangkap 12 Warga Hong Kong saat Berlayar ke Taiwan

Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan akan membantu warga yang tertangkap otoritas Cina saat berlayar menuju Taiwan.


Pencari Suaka Huni Trotoar Senang Akan Dipindah ke Islamic Centre

10 Juli 2019

Pencari suaka beraktivitas di trotoar depan Menara Ravindo, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu, 3 Juli 2019. ANTARA/Galih Pradipta
Pencari Suaka Huni Trotoar Senang Akan Dipindah ke Islamic Centre

Para pencari suaka yang tinggal di sepanjang trotoar Kebon Sirih merasa senang dengan adanya rencana pemindahan sementara ke Islamic Centre Jakarta.


Pencari Suaka, dari Kalideres Bergeser ke Trotoar Kebon Sirih

6 Juli 2019

Para pencari suaka beraktivitas di trotoar depan Menara Ravindo, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu, 3 Juli 2019. Para pencari suaka asal Somalia, Sudan dan Afganistan tersebut menetap di trotoar karena tak lagi memiliki uang untuk menyewa tempat tinggal. ANTARA/Galih Pradipta
Pencari Suaka, dari Kalideres Bergeser ke Trotoar Kebon Sirih

Para pencari suaka di Jalan Kebon Sirih Barat I mengakui sudah hampir empat bulan menunggu kepastian.


Sandiaga Uno Tawarkan Perkerjaan untuk Pengungsi Asing

6 Juli 2018

Sejumlah pencari suaka beristirahat di trotoar Rumah Detensi Imigrasi Kalideres, Jakarta, 9 Januari 2018. Menurut UNHCR per Januari 2017, jumlah pencari suaka plus pengungsi di Indonesia sekitar 14. 425 orang. TEMPO/Subekti
Sandiaga Uno Tawarkan Perkerjaan untuk Pengungsi Asing

Sandiaga Uno dapat memberdayakan para pengungsi asing itu sebagai pendamping dalam program OK OCE.


Pelanggaran, Jerman Kaji Kembali Pemberian 4.000 Suaka Politik

27 April 2018

Kanselir Jerman Angela Merkel berfoto bersama pengungsi asal Suriah Anas Modamani. rt.com
Pelanggaran, Jerman Kaji Kembali Pemberian 4.000 Suaka Politik

Jerman mengkaji ulang lebih dari 4.000 suaka politik yang telah diberikan negara itu kepada para pencari suaka menyusul adanya dugaan pelanggaran.


Musuh Rakyat Itu Baik

22 Mei 2017

Musuh Rakyat Itu Baik

Matematika politik bisa berlangsung seperti berikut: jika mayoritas keliru, minoritas yang baik dan benar menjadi musuh rakyat. Dalam arti ini, musuh rakyat bermakna positif, dan jika mayoritas semacam ini memenangi pemilihan umum, demokrasi jelas menunjukkan kelemahannya. Plato sudah lama menunjuk demokrasi sebagai kapal berisi orang-orang bodoh, sejak Socrates harus dihukum mati minum racun berdasarkan pemungutan suara dari 501 anggota parlemen Athena pada 399 SM. Dengan ajaran logikanya, Socrates, antara lain, didakwa menista dewa-dewa Yunani.


Konflik Dalam Negeri, Diplomat Turki Meminta Suaka ke Swiss  

9 Maret 2017

John Kerry menemui Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu di Kuala Lumpur, Malaysia, 5 Agustus 2015. REUTERS
Konflik Dalam Negeri, Diplomat Turki Meminta Suaka ke Swiss  

Sejumlah warga Turki dengan paspor diplomatik meminta suaka ke Swiss menyusul meningkatnya konflik di dalam negeri.


Peneliti Jerman Puji Cara Indonesia Perlakukan Pencari Suaka  

24 Februari 2017

Sejumlah pengungsi dan pencari suaka berpartisipasi dalam acara peringatan Hari Pengungsi Dunia, di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta, 20 Juni 2016. Sebagian kecil pengungsi dan pencari suaka di Indonesia ditampung di kamp pengungsi, seperti di kamp Timbang Langsa, Langsa, dan Bayeun, Aceh Timur. TEMPO/Imam Sukamto
Peneliti Jerman Puji Cara Indonesia Perlakukan Pencari Suaka  

Menurut Antje, peneliti dari Jerman, di banyak negara lain, para pencari suaka harus menghadapi penolakan dan masalah yang rumit.


Dokumen Penganiayaan Pencari Suaka di Australia Bocor  

12 Agustus 2016

Kamp pengungsi di Nauru. refugeeaction.org.au
Dokumen Penganiayaan Pencari Suaka di Australia Bocor  

Lebih dari separuh 2.166 laporan insiden penganiayaan dialami anak-anak.