TEMPO Interaktif, Jakarta: Sisi lain Pollycarpus Budihari Priyanto terungkap lewat kesaksian Poengky Indarti, direktur eksternal lembaga yang pernah dipimpin Munir yaitu Imparsial, dalam sidang yang mengadili Muchdi Purwoprandjono di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (9/10).
Sisi lain itu bahwa Pollycarpus pernah mengatakan pintar meramu obat, bukan pilot handal, dan sering berlatih menembak dengan Muchdi saat terdakwa masih menjadi komandan Komando Resor Militer di Jayapura.Menurut Poengky, Pollycarpus yang dipidana 20 tahun karena pembunuhan Munir itu, mengaku pintar meramu obat. "Mbak, kemarin sakit maag ya? Saya pintar meramu obat-obatan. Kalau main ke rumah saya, nanti saya bikinkan," kata Poengky menirukan Pollycarpus.
Menurut Poengky, Pollycarpus mengatakan itu ketika meneleponnya ke kantor Imparsial. Ini terjadi beberapa waktu setelah ia bersama Usman Hamid dan kawan-kawan bertemu dengan jajaran Garuda--termasuk Pollycarpus--untuk meminta penjelasan maskapai penerbangan itu seputar kematian Munir.
Pollycarpus, kata dia, mengetahui nomor telepon kantornya dari kartu nama yang ia berikan sewaktu pertemuan dengan pihak Garuda.
Waktu bertemu dengan Garuda ini, Poengky mendapat informasi Pollycarpus pernah bekerja di maskapai Associated Mission Aviation (AMA) pada 1985-1988 yang beroperasi di Papua. Poengky akhirnya mengunjungi AMA sekitar Mei 2005.
Dari pegawai AMA yang lain, Poengky mendapat informasi Pollycarpus sering sesumbar mengenal para pejabat Papua bahkan sering berlatih menembak bersama terdakwa Muchdi. Saat itu, Muchdi menjadi Komandan Distrik Militer 1701 Jayapura. "Saya tahu itu dari seorang pegawai AMA," kata Poenky.
Rekan-rekan di AMA, kata Poengky, heran Pollycarpus kemudian bisa bekerja di Garuda. "Kok bisa masuk Garuda? Polly bukan pilot yang handal," kata Poengky menirukan teman-teman Pollycarpus.
Pollycarpus, menurut Poengky berdasarkan informasi rekan-rekannya di AMA, sering membuat maskapai itu dikeluhkan penumpangnya.
Dalam persidangan, Poengky juga mengatakan Pollycarpus pernah mengatakan kepada dirinya ia pernah dua kali mengunjungi kantor Imparsial. "Waktu nganter orang Tim-tim dan waktu sampean nggak ada di kantor," kata Pollycarpus di telepon seusai pertemuan di Garuda, seperti ditirukan Poengky.
Karena penasaran dengan kematian Munir, Poengky melanjutkan, saat berbicara di telepon itu ia juga bertanya sejauh mana Pollycarpus mengenal Munir.
"Saya dua kali bertemu Munir. Di bunderan Hotel Indonesia dan menjelang keberangkatan Munir ke Belanda," jawab Pollycarpus seperti ditirukan Poengky.
Anton Septian