TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan memberikan penghargaan Bintang Mahaputera Nararya kepada mantan pimpinan DPR, Fahri Hamzah dan Fadli Zon, dalam momentum Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang. Rencana itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.
"Fahri Hamzah dan Fadli Zon akan mendapat Bintang Mahaputera Nararya," tutur Mahfud Md melalui akun Twitternya, @mohmahfudmd, Senin, 10 Agustus 2020.
Bintang ini merupakan jenis penghargaan sipil tertinggi. Penghargaan tersebut setingkat di bawah Bintang Republik Indonesia.
Menurut Mahfud, bintang tanda jasa ini diberikan kepada Fahri dan Fadli Zon karena pemerintah menganggap telah mendapat manfaat atas perjuangan dan jasa.
Dua tahun sebelumnya, sejumlah tokoh pernah menerima bintang yang sama pada momentum Hari Kemerdekaan RI. Berikut ini nama-nama tokoh yang pernah menerima Bintang Mahaputera Nararya
1. Sofyan Wanandi
Sofyan adalah pengusaha pemilik Santini Group yang aktif di Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Ia terpilih sebanyak tiga kali menjadi Ketua Umum Apindo sejak 2003. Namun akhirnya, ia mengundurkan diri jabatannya pada 2014.
Sofyan Wanandi merupakan salah satu sosok di balik kesuksesan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla pada kampanye Pemilu 2014. Ia bersama 10 ribu pengusaha tergabung dalam relawan KerJo atau Pengusaha Pekerja Pro Jokowi. Sofyan juga menjadi Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Adapun Sofyan mendapat penghargaan Bintang Mahaputera Nararya pada 2019. Kala itu, ia berpesan agar generasi muda meneruskan jejaknya. "Mestinya bisa, semua generasi muda kalau bisa berbuat untuk bangsa ini pasti dihargai oleh pemerintah suatu saat," kata Sofyan.
2. Arifin Panigoro
Arifin Panigoro adalah pengusaha asal Gorontalo yang acap dijuluki "Raja Minyak Indonesia". Dia merupakan pendiri dan pemilik perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta, Medco Energi Internasional. Pada 2006, Arifin pernah masuk ke jajaran 10 orang terkaha di Indonesia versi Majalah Forbes.
Di luar urusan bisnis, Arifin juga dikenal di dunia politik. Dia sempat menjadi kader PDIP, yang tergabung dengan partai banteng itu sejak 1999. Dia bahkan sempat dipilih sebagai Ketua DPP dan Ketua Fraksi PDIP pada periode 2002-2003.
Pria kelahiran Bandung, 14 Maret 1945 ini pun pernah terpilih di kursi Parlemen dari pemilihan dapil Banten 1. Pamun mengundurkan pada 2005 lantaran membentuk Partai Demokrasi Pembaruan atau PDP. Arifin menerima penghargaan ini pada 2019.
3. Tengku Nasaruddin Said Effendy
Effendy adalah budayawan dan sastrawan asal Pekanbaru yang telah wafat pada 2015 lalu. Semasa hidup, ia menghasilkan karya-karya yang berfokus pada budaya Melayu. Ia dikenal rajin mengadakan penelitian, aktif berkesenian dari puisi sampai novel, bermain teater, menggelar pameran seni rupa, dan kerap tampil dalam pelbagai seminar.
Pada 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pernah memberikan anugerah sebagai Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya. Sebab, Effendy dianggap telah membawa nama harum Indonesia di mata Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, hingga Madagaskar.
Beberapa karya yang dihasilkannya ialah "Nyanyian Budak dalam Kehidupan Orang Melayu" pada 1986, Cerita-cerita Rakyat Daerah Riau tahun 1987, dan Bujang Si Undang tahun 1988.
Pria yang meninggal pada Februari 2015 ini menerima bintang penghargaan pada 2019. Anak kandung almarhum Efendy, Tengku Hidayati Effiza, mewakili sang ayah saat pemberian penghargaan tersebut.
4. Dato Sri Tahir
Sosok Dato Sri Tahir dikenal sebagai pengusaha sukses. Pada 1986, Tahir mendirikan Mayapada dengan konsentrasi pada industri tekstil dan garmen. Bisnis Tahir dari industri tekstil dan garmen cepat merambah ke sektor keuangan. Ia membangun Bank Mayapada beberapa tahun kemudian.
Ketika terjadi krisis pada 1997-1998 dan bank-bank lain kelimpungan, Mayapada justru mampu bertahan. Bahkan pada 2007, Bank Mayapada dinobatkan sebagai bank terbaik kedua (di luar bank milik pemerintah).
Ia memperoleh tanda kehormatan Mahaputera Naraya pada 2018. Di pemerintahan Jokowi jili kedua, kini ia menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Wantimpres.
5. Abbas Said
Abbas Said ialah Wakil Ketua Komisi Yudisial periode 2013-2015. Kariernya diawali dari dunia pendidikan pada era 1990-an. Ia kala itu menjadi dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, bahkan sempat menjadi pembantu dekan III di fakultasnya. Pada kurun 1998-2000, ia didapuk memimpin Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum FH UII.
Di luar karier sebagai dosen, ia pernah dipilih sebagai Ketua KPU Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2003-2008. Pria kelahiran Sulawesi Tenggara 3 Maret 1944 ini memperoleh tanda kehormatan Bintang Mahaputera Nararya pada 2018.
6. Abdul Haris Semendawai
Abdul Haris Semendawai ialah Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) periode 2008-2018. Ia pernah aktif terlibat dalam pelbagai kegiatan hak asasi manusia, salah satunya tergabung dalam Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia (KPP HAM) untuk Penghilangan Orang Secara Paksa yang disponsori oleh Komnas HAM.
Ia pun pernah aktif di Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air, Aliansi Reformasi KUHP, dan Koalisi Perlindungan Saksi. Pada 1998, Abdul Haris terjun dalam kegiatan advokasi di Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat. Ia menerima bintang penghargaan ini pada 2018.