TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Akhyar Nasution, diketahui telah menjadi kader Partai Demokrat sejak Juni 2020. Manuver Akhyar yang diam-diam ini membuat pengurus PDIP sempat menegaskan jika pelaksana tugas Wali Kota Medan itu masih berstatus kader Banteng.
Pindahnya Akhyar ke Demokrat tak lepas dari kontestasi Pilkada Medan 2020. Sikap PDIP yang cenderung tidak ingin mengusungnya, membuat ia merapat ke Demokrat.
Alhasil Akhyar pun diusung oleh koalisi Demokrat dan PKS untuk maju di Pilkada Medan 2020.
Selain Akhyar, berikut beberapa "transfer" politikus antara Partai Demokrat dan PDIP yang pernah terjadi:
1. I Made Mangku Pastika
Pastika adalah Gubernur Bali dua periode, yakni pada 2008-2013 dan 2013-2018. Menariknya pada periode pertama, dia berstatus sebagai politikus PDIP sementara yang selanjutnya ia sudah menjadi kader Partai Demokrat.
Pada Pemilihan Gubernur Bali 2013, PDIP lebih memilih wakil Pastika saat itu, AAGN Puspayoga, sebagai calon gubernur. Tidak dilirik oleh PDIP, Pastika justru diusung oleh delapan partai politik, yakni Golkar, Demokrat, Hanura, PKPB, PKPI, PNBK, PKP dan PAN.
Setelah berhasil terpilih kembali menjadi gubernur, mantan Kapolda Bali itu bergabung dengan Partai Demokrat. "Pak Mangku Pastika sudah resmi masuk Partai Demokrat dengan jabatan sebagai anggota Dewan Pembina dan sudah berdasarkan surat keputusan partai," kata Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat Jero Wacik, Juli 2013.
2. Emil Dardak
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak sebelumnya merupakan kader PDIP. Bersama partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu, Emil berhasil menenangkan pemilihan bupati Trenggalek 2015 silam.
Namun hubungan Emil dan PDIP kandas menjelang Pilgub Jawa Timur 2018. PDIP memecat Emil karena maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi Khofifah Indar Parawansa. Sementara PDIP mengusung pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno.
Setelah dipecat PDIP, Emil resmi bergabung dengan Partai Demokrat.
3. Ruhut Sitompul
Pemeran tokoh Poltak dalam sinetron Gerhana ini dikenal sering berpindah partai. Ruhut mengawali karier politiknya dengan bergabung Partai Golkar pada 1983 hingga 2004.
Keluar dari Golkar, Ruhut bergabung dengan Partai Demokrat. Selama di Demokrat, ia dikenal sebagai loyalis Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun pernyataannya yang kontroversial sering membuat hubungannya dengan partai tidak harmonis.
Ketidakharmonisan antara Ruhut dan Demokrat berawal dari Pilpres 2014. Ruhut memilih mendukung Joko Widodo atau Jokowi sementara Demokrat mengusung Prabowo Subianto.
Pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2016, Ruhut dan Partai Demokrat kembali memiliki sikap yang berseberangan. Jika Demokrat mengusung putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon gubernur, Ruhut justru memilih mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Hubungannya dengan Partai Demokrat akhirnya kandas setelah ia dipecat dan mundur dari DPR RI. Keluar dari Demokrat, Ruhut masuk ke PDIP.
4. Hengky Kurniawan
Aktor dan Wakil Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan resmi bergabung dengan PDIP di penghujung 2019. Sebelumnya Hengky maju di Pilbup Bandung Barat 2018 dengan berstatus kader Demokrat.
Wakil Sekjen Partai Demokrat saat itu, Andi Arief, mengatakan pindahnya Hengky ini karena ingin menjadi Bupati Bandung Barat menggantikan Aa Umbara. Andi mengatakan Aa Umbara adalah kader NasDem yang diduga terlibat sejumlah kasus.
Menurut Andi, Hengky dijanjikan oleh kader PDIP Rieke Dyah Pitaloka bakal menjadi Bupati Bandung Barat jika mau gabung ke partai banteng.