TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan diperlukan dana sekitar Rp 103,7 miliar untuk pengembangan vaksin Covid-19. Ia merinci, sebanyak Rp 63,2 miliar diperlukan untuk pengembangan vaksin nasional yang dilakukan sejumlah lembaga penelitian di bawah koordinasi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Adapun sebanyak Rp 40,5 miliar sisanya diperlukan untuk kolaborasi uji klinis Bio Farma bersama Sinovac Biotech Ltd, perusahaan biofarmasi asal Cina. Selain dengan Sinovac, Bio Farma juga tengah menunggu izin uji klinis vaksin Covid-19 dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations).
"Ada kebutuhan sekitar Rp 103 miliar untuk pengembangan vaksin ini, apakah yang berdasarkan strain Indonesia maupun uji klinis dengan Sinovac maupun CEPI," kata Honesti dalam rapat kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 14 Juli 2020.
Honesti mengatakan telah berkomunikasi dengan tim Kementerian Riset dan Teknologi terkait keperluan pembiayaan ini. Menurut dia, dana yang diperlukan mulai dari pengembangan, uji pre klinis, dan uji klinis vaksin Covid-19 kemungkinan akan bersumber dari dana pemerintah.
"Hasil komunikasi dengan Kemenristek sepertinya kami akan gunakan fully budget yang ada di Kemenristek," kata dia.
Honesti mengatakan Bio Farma mengharapkan anggaran riset ini dapat ditanggung pemerintah. Sedangkan untuk produksi, kata dia, Bio Farma bisa menggunakan anggaran perseroan sendiri.
Honesti sebelumnya menjelaskan Bio Farma telah mengantongi uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Ia mengatakan uji klinis ini akan dilakukan di fasilitas milik perseroan di Bandung pada Agustus mendatang, berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Honesti berujar, jika hasil uji klinis itu baik, Bio Farma bisa segera memulai produksi pada kuartal I 2021. Ia mengatakan proses produksi itu juga akan dilakukan di fasilitas milik Bio Farma di Bandung. Honesti mengklaim Bio Farma dapat memproduksi sebanyak 250 juta dosis per tahun.
BUDIARTI UTAMI PUTRI