TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti kebijakan publik Ravio Patra merasa ada kesamaan pola dalam teror terhadap mahasiswa Constitutional Law Society (CLS) Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Jadi yang mereka lakukan adalah mendiskreditkan kita secara personal, jadi kita tak dipercaya. Mereka tak bahas substansi yang terjadi dengan kita, enggak bahas apa pelanggarannya," kata Ravio, dalam diskusi bersama Pemimpin Redaksi Koran Tempo, Budi Setyarso di acara IniBudi Ahad, 31 Mei 2020.
Ia mengatakan saat ini kasus yang menimpa para panitia diskusi CLS baru tahap awal. Ravio meminta panitia waspada upaya menciptakan kegaduhan di tengah masyarakat melalui propaganda.
Ia mencontohkan saat dirinya ditangkap. Ravio sempat ditangkap oleh polisi pada Rabu, 22 April 2020 malam karena dituduh menyebar pesan bernada provokasi. Padahal, Ravio sudah menjelaskan bahwa aplikasi pesan percakapan WhatsApp miliknya diretas.
Ravio mengatakan, sehari setelah ia ditangkap, di media sosial dipenuhi deskripsi mengenai dirinya, seakan penulisnya sudah lama mengenal Ravio.
Ia menyebut propaganda-propaganda itu biasannya menyampaikan beberapa hal yang memang bersifat faktual, tapi kemudian dibumbui dengan narasi bombastis.
Salah satunya adalah artikel yang membahas Ravio pernah bekerja di Open Government Partnership. Salah satu tulisan kemudian menghubungkan hal tersebut dengan pendanaan yang berasal dari George Soros.