TEMPO.CO, Jakarta - Nuh, pemenang lelang motor listrik Presiden Jokowi seharga Rp 2,55 miliar, blak-blakan soal acara yang diikutinya itu. Pria asal Kampung Manggis, Jambi ini mengaku sama sekali tidak tahu jika acara konser amal Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Majelis Permusyawaratan (MPR) yang diikutinya itu adalah program lelang.
Dalam wawancaranya bersama politikus Partai Berkarya, Vasco Ruseimy, Nuh mengungkapkan jika ia tidak mengikuti acara yang disiarkan di televisi itu sejak awal. Nuh baru melihat layar kaca setelah memasuki segmen terakhir. "Ana kira ini (motor listrik) hadiah. Setelah itu, yang menawarkan harga dia sendiri (pemandu)," katanya dikutip dari akun YouTube Vasco, Senin, 25 Mei 2020.
Nuh mengira acara yang ditontonnya di televisi merupakan program bagi-bagi hadiah dari Presiden Jokowi untuk masyarakat. Sehingga ia memberanikan diri untuk menghubungi nomor kontak yang ditampilkan di televisi.
Ia mengalami kesulitan saat hendak mengikuti acara itu. Ia menelepon sampai enam atau tujuh kali. Begitu teleponnya tersambung, ia girang dan merasa berhasil mengikuti kuis.
"Setelah masuk itu langsung dia (pemandu) tanya ini dari siapa, saya jawab dari Pak M. Nuh, Kampung Manggis, Jambi. Ya, bapak mau ikut? Ya, ana kan gak tahu, nih, langsung ikut," ucap dia.
Setelah ditetapkan sebagai pemenang lelang, Nuh baru menyadari harus membayar Rp 2,5 miliar untuk mendapatkan motor Presiden Jokowi itu. Merasa tidak memiliki uang dan takut, Nuh lantas mematikan dan membuang teleponnya karena khawatir dilacak.
Ulah M. Nuh ini sempat menghebohkan masyarakat dan menjadi topik pembicaraan berhari-hari. Sejumlah pihak menilai Nuh sukses melakukan 'prank' terhadap pemerintah. Polisi pun mencarinya dan meminta keterangan Nuh.
Belakangan anak pengusaha media Hary Tanoesoedibjo, Warren Tanoesoedibjo, menebus motor listrik Presiden Jokowi itu seharga Rp 2,55 miliar.