TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menceritakan detik-detik sebelum disiram air keras pada 11 April 2017.
Saat itu, Novel mengatakan tengah berjalan kaki untuk pulang setelah selesai melaksanakan salat subuh berjamaah di masjid komplek rumahnya. Dalam perjalanannya, ia sempat berhenti dan berbincang dengan tetangga.
Selesai berbincang, Novel kemudian melanjutkan perjalanan pulangnya. Ia mendengar ada suara motor berjalan perlahan di belakangnya. Ketika suara motor itu semakin dekat, Novel lalu menoleh dan langsung disiram oleh kedua tersangka.
"Saya kira itu tetangga saya yang ingin menyapa, makanya saya menoleh," kata Novel melalui konferensi pers secara streaming di Instagram @tempodotco pada Sabtu, 11 April 2020. Ia sempat berpikir ini hanya ulah iseng semata, sebelum akhirnya satu sampai dua detik kemudian, wajah terutama mata, terasa panas.
"Saya langsung melepas jubah saya dan berlari mencari air," ucap Novel. Novel juga berteriak sembari berlari. Ia berharap, para tetangga mendengar teriakannya.
Beruntung, beberapa tetangga mendengar teriakan Novel dan langsung menyiramkan air ke wajahnya. "Langsung dibawa ke rumah sakit sama mereka," kata dia.
Novel pun bercerita bahwa beberapa hari sebelum kejadian, para tetangga sempat memintanya untuk berhati-hati. Sebab, sejumlah tetangga Novel melihat ada orang mencurigakan yang kerap memperhatikan rumah beserta aktifitas keluarganya. "Bahkan, asisten rumah tangga saya ke pasar, diikutin," ujar Novel.
Hari ini, 11 April 2020, tepat tiga tahun peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Kepolisian RI telah menangkap dua orang yang disebut-sebut sebagai pelaku yaitu Rony Bugis dan Rahmat Kadir.