TEMPO.CO, Jakarta - Siswi SMK Negeri 1 Anambas, Kepulauan Riau berinisial AR mengalami trauma berat karena dirisak oleh guru agamanya sendiri. Informasi yang beredar, AR bahkan dikeluarkan dari sekolah tersebut.
Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah Kepulauan Riau Erry Syahrial menuturkan kejadian itu berawal ketika AR dan teman laki-lakinya duduk di atas motor di Pelabuhan Kapal Roro, Anambas, Oktober tahun lalu. Di saat yang bersamaan guru agamanya berinisial S melintas. Dia meneriaki AR dengan sebutan lonte.
Menurut Erry, kejadian tersebut membuat AR terpukul dan tidak mau masuk sekolah selama beberapa hari. AR juga menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya. "Karena AR tidak mau sekolah, kemudian orang tuanya dipanggil pihak sekolah," kata Erry, Sabtu, 18 Januari 2020.
Orang tua AR mendatangi sekolah untuk melakukan mediaasi. Namun mediasi itu berujung ribut. Sebab ketika orang tua AR menanyakan alasan S meneriaki anaknya lonte, S yang berada di ruangan yang sama malah marah-marah. Dia menggebrak meja dan mengusir ibu AR keluar. S juga beberapa kali menyebut nama binatang dan mengancam lapor polisi.
Menurut Erry, setelah kejadian itu perisakan terhadap AR tidak berhenti, namun semakin menjadi-jadi. Tidak hanya S, siswa dan guru lain juga ikut-ikutan merisak AR. Informasi yang beredar AR akhirnya keluar dari sekolah tersebut. Namun nilai yang ia dapat di bawah rata-rata, sehingga membuatnya tidak bisa pindah ke sekolah lain. "Surat pindah juga tidak ada diberikan sekolah," katanya.
Erry mengaku sudah membicarakan masalah itu dengan kepala sekolah SMKN 1 Anambas Tugiono. Namun Tugiono mengangap wajar perisakan tersebut karena perilaku AR yang berduaan di Pelabuhan Kapal Roro dengan laki-laki.
YOGI EKA SAHPUTRA