TEMPO.CO, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah mengimbau pelaksanaan Reuni 212 berlangsung tertib. "Yang penting tertib lah ya. Menjaga suasana, menjaga kebersihan tidak timbul keributan. Selama ini kan tertib ya," kata Gus Sholah saat ditemui di rumahnya di Jalan Bangka Raya, Jakarta, Sabtu, 30 November 2019.
Gus Sholah mengatakan jika ada pro dan kontra terhadap Reuni 212, itu wajar terjadi. Menurut mantan Ketua PBNU ini, tak ada yang perlu dikhawatirkan karena momen pemilihan presiden sudah selesai. "Kan sudah lewat ketegangannya berkaitan pilpres. Sekarang udah nggak ada momentum lah ya," ujarnya.
Reuni 212 yang ketiga kalinya ini akan digelar di Monumen Nasional, Jakarta Pusat pada 2 Desember 2019. Acara akan dimulai dengan salat tahajud berjamaah pada pukul 02.30 dan selesai pada pukul 08.30 WIB.
Agenda utama Reuni 212 ini adalah Maulid Nabi Muhammad SAW. Selain itu, massa juga akan mendesak polisi memidanakan Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri karena dianggap telah menistakan agama. Mereka juga menuntut pemulangan Rizieq Sihab dari Arab Saudi.
Namun, acara ini mendapat penolakan dari sejumlah masyarakat. Hal ini terlihat dari petisi online di laman change.org yang yang menolak penyelenggaraan reuni 212 sudah mengumpulkan 3.000 tanda tangan hingga Jumat malam ini sekitar pukul 19.00. Petisi itu dibuat oleh pemilik akun bernama 7inta Putih sejak empat hari lalu.
Si pembuat petisi menargetkan ada 5.000 tanda tangan. Petisi itu ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kapolri Jenderal Idham Aziz, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM.
Selain penolakan dalam bentuk petisi, juga muncul aksi penolakan melalui spanduk yang tak diketahui pemasangnya. Dalam pesan di dalam spanduk itu, pemilik mengajak masyarakat menolak Reuni 212 di tengah kondisi masyarakat yang sedang kondusif.