TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono menilai industri pertahanan nasional belum maksimal. Ini dianggap berdampak kepada penggunaan anggaran di Kementerian Pertahanan yang juga tak maksimal.
"Kalau kami lihat dari industri pertahanan yang ada itu belum maksimal. Artinya banyak sekali kebutuhan pertahanan kita belum diserap oleh industri pertahanan," ujar Sakti di Restoran Seribu Rasa, Jakarta Pusat pada Jumat, 29 November 2019.
Dia memberikan contoh PT Pindad (Persero) yang mampu memproduksi sampai 200-250 juta butir peluru dan amunisi dalam satu tahun. Namun, dalam kenyataannya, PT Pindad tak pernah mencapai angka produksi maksimal.
Hal tersebut, kata Sakti, bisa saja karena PT Pindad sendiri yang tak mau memanfaatkan potensi yang ada, atau memang pemerintah tak pernah memesan peluru dan amunisi sampai jumlah maksimal karena tak percaya hasilnya.
"Untuk itu, kebijakan 2020 kami akan maksimalkan seluruh kapasitas yang mereka sudah bisa lakukan. Kami akan berikan porsi yang maksimal jadi terpenuhi," kata Sakti.
Baca Juga:
Kendati demikian, pemaksimalan produksi itu tak berarti harus menambah anggaran. Sakti mengatakan, pihaknya akan memanfaatkan anggaran yang sudah ada. "Kalau diibaratkan air baru sebotol itu baru sedikit doang minumnya. Kenapa enggak dihabisi? Padahal dia punya kemampuan untuk itu," kata Sakti.