TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Persaudaraan Alumni atau PA 212, dan Front Pembela Islam (FPI) menggelar Ijtima Ulama IV, Senin 5 Agustus 2019. Acara ini adalah forum musyawarah untuk menghasilkan rekomendasi, salah satunya soal arah politik mereka dalam Pemilu 2024.
“Insya Allah akan dibahas pula apa-apa saja yang akan dilakukan para ulama dan umat untuk laksanakan kegiatan setelah pilpres. Walaupun kami juga membahas mengenai pilpres yang lalu,” ujar panitia Ijtima Ulama IV, Bernard Abdul Jabar, di Lorin Hotel, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin, 5 Agustus 2019.
Menurutnya pada Ijtima kali ini akan dibahas pula arah politik mereka di 2024. Ulama-ulama akan bermusyawarah dan menghasilkan rekomendasi apa-apa saja yang mereka akan laksanakan ke depan.
Namun, menurut Bernard, Ijtima hari ini tak akan membahas spesifik pemilu, meskipun membahas situasi politik hari ini. “Tidak situasi pasca pemilu. Artinya umat kondisinya sendiri seperti apa nanti kita akan ke depan,” kata dia.
Ijtima Ulama pertama digelar 27-29 Juli 2018 di Hotel Menara Peninsula, Jakarta. Mereka menyatakan mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019. Ijtima pertama memberi rekomendasi calon wakil presiden untuk Prabowo, yaitu Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri dan pendakwah Abdul Somad.
Ijtima Ulama II digelar 16 September 2018 di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta. Pada Ijtima ini ulama-ulama GNPF, FPI, dan PA 212 membuat 17 poin pakta integritas, yang ditandatangani Prabowo Subianto salah satunya berisi perjanjian pemulangan Rizieq Shihab dari Arab Saudi.
Jilid selanjutnya Ijtima Ulama III, digelar di lokasi yang sama dengan Ijtima IV, di Hotel Lorin Sentul, Bogor, pada 1 Mei 2019. Mereka menyatakan menolak kemenangan Joko Widodo - Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019, berdasarkan dugaan, mereka telah melakukan kecurangan.