TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia (purn) Kivlan Zen mengatakan bahwa Pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak menghargai sumbangsihnya membantu negara. Dia mengaku pernah membantu membebaskan warga negara Indonesia yang disandera gerilyawan Abu Sayyaf.
"Saya bebaskan sandera, ucapan terima kasih pun dari Jokowi tidak ada terhadap saya, di Filipina tahun 2016 bulan April, bulan Mei," ujar Kivlan saat dihubungi Tempo, Sabtu 11 Mei 2019.
Baca: Demokrat Minta Kivlan Zen Tak Seperti Anak Kecil
Pada Maret 2016, sepuluh warga negara Indonesia dari 14 orang yang disandera kelompok separatis Filipina atau yang dikenal dengan Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Sepuluh WNI itu awak kapal tugboat Brahma 12 dan kapal tongkang Anand yang sebelumnya bermuatan batu bara. Kisah Kivlan sebagai negosiator proses pembebasan sandera itu bisa dibaca di sini.
Kivlan pun menyinggung pemerintahan Jokowi yang pernah menangkapnya dalam tuduhan makar sehubungan dengan demonstrasi yang dikenal dengan Aksi 411 pada 2016. "Ditangkap saya sama Bu Ratna (Ratna Sarumpaet), Adityawarman, segala macam."
Menurut dia, penangkapan itu karena pertemuannya di Hotel Indonesia Kempinski dituduh akan menjatuhkan pemerintahan yang sah. Kivlan membela diri bahwa pertemuannya hanya untuk kumpul-kumpul meminta keadilan. "Dibilang mau kudeta."
Baca: Kivlan Zen Ancam Akan Buka Semua Aib SBY, Apabila ...
Kivlan Zen juga mengomentari laporan yang menyebut dirinya menyebar hoaks dan melakukan makar yang dilayangkan Jalaludin terhadap dirinya. Laporan itu diterima polisi pada 7 Mei 2019. Ia membantah tuduhan itu, dengan dalih dia hanya berusaha menuntut keadilan atas kecurangan Pemilu 2019. "Ini orang tidak tahu saya mau menyelamatkan negara dari ketidakadilan dan kebenaran, dari tipu-tipu. Dibilang saya hoaks."
Ia menjelaskan dalam Pilpres 2019, dirinya tidak berafiliasi dengan calon presiden tertentu dan bukan tim sukses Prabowo. “Saya sudah lima tahun tidak ketemu Prabowo, tidak ada main mata Prabowo untuk ini."