TEMPO.CO, Banjar - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, mengatakan organisasinya siap melawan pihak-pihak yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Ia berujar langkah ini bagian dari mandat NU dalam hal mengambil peran tanggung jawab kebangsaan.
Baca: Munas Alim Ulama NU Tak Dihadiri Sejumlah Kiai Sepuh
Pancasila sebagai dasar negara dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata Said, adalah suatu yang final bagi masyarakat Indonesia. "Siapa saja yang berniat menggerogoti NKRI akan berhadapan dengan NU," ucapnya saat membuka Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu, 27 Februari 2019.
Said mengibaratkan apa yang NU lakukan persis seperti perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengambil tindakan tegas kepada pihak yang mengacau Kota Madinah. "Firman Allah, 'Kalau ada kelompok yang membuat gaduh di Madinah, usir, ya Muhammad'," katanya sambil mengutip Surat Al-Ahzab ayat 60.
"Maka kami harus tegas, yang anti-Pancasila, yang menggerogoti NKRI, usir," ucapnya.
Dalam acara ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi turut memuji kiprah NU dalam urusan kebangsaan. Ia menilai NU selalu berada di garis terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI.
"Sejarah membuktikan Jam'iyyah NU selalu berada di garis depan bukan saja dalam merebut kemerdekaan, namun dalam jaga kesatuan RI," kata Jokowi dalam sambutannya.
Baca: Di Munas Ulama NU, Jokowi Didoakan Jadi Presiden Lagi
Menurut Jokowi, NU juga berada di depan dalam mencegah siapapun yang ingin mengganti Pancasila. "Karena bagi NU, Pancasila adalah solusi kebangsaan yang jadi konsensus. Maka saya sambut dengan penuh gembira Musyawarah Nasional dan Konbes ini," ujarnya.