TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 80 orang penduduk Pulau Sebuku di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan masih bertahan di pulau yang dekat dengan Gunung Anak Krakatau tersebut. Mereka memilih bertahan walau status Gunung Anak Krakatau naik dari level waspada ke level siaga sejak Kamis, 27 Desember 2018.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau Siaga, Warga Pulau Sebuku Dievakuasi
"Sekitar 80 orang, kebanyakan laki-laki dan anak muda," kata Perwira Pelaksana KRI Torani-860 Letnan Satu Laut (P) Alant Ginanda, Sabtu, 29 Desember 2018.
Sebelumnya KRI Torani ikut dalam upaya evakuasi terhadap 62 warga Pulau Sebuku pada Jumat, 28 Desember 2018. 62 orang tersebut dievakuasi sementara ke sekitar SD Negeri 1 Way Urang, Kalianda, Lampung.
Alant menceritakan proses evakuasi tersebut. Menurut dia, awalnya kapal yang dia nakhodai hendak menyerahkan bantuan untuk warga di Pulau Sebuku. Tak ada rencana evakuasi. Kapalnya sempat tertahan tak bisa merapat ke pulau karena dermaga di pulau itu rusak diterjang tsunami.
Baca juga: Krakatau Siaga, Ribuan Masyarakat Pandeglang Diungsikan ke Bukit
Namun, tiba-tiba ada kapal dari pulau itu mendatangi kapalnya. Kapal tersebut berisi penduduk yang kebanyakan anak-anak, perempuan dan orang tua. Mereka minta dievakuasi. "Awalnya dikira mereka datang untuk menerima sembako, ternyata di dalam perahu, banyak anak, ibu, ada yang sakit, akhirnya kami terima," kata dia.
Alant menuturkan pulau tersebut ikut terdampak tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 21.27 akibat runtuhnya dinding Gunung Anak Krakatau ke laut. Hal itu dapat terlihat dari kapal-kapal yang naik hingga ke daratan pulau. Meski begitu, ada sekitar 80 orang yang masih bertahan. "Mungkin mereka optimistis bahwa aktivitas gunung akan menurun dan bisa normal kembali," kata dia.