TEMPO.CO, Banten - Saksi mata sekaligus korban tsunami Selat Sunda, Hendro, mengisahkan pengamatannya seputar cuaca di perairan Selat Sunda beberapa jam sebelum bencana melanda. General Manager Beach Club Tanjung Lesung itu mengatakan suasana di pantai sangat kondusif sepanjang Sabtu, 22 Desember 2018.
Baca: Tsunami Selat Sunda, Cerita Koki yang Selamat Berkat Kabel AC
"Cuaca tenang, santai. Enggak ada angin," kata Hendro saat ditemui Tempo di Kelurahan Cikadu, Banten, Ahad petang. Bahkan, kata Hendro, sehari sebelum bencana tsunami Tanjung Lesung melanda, cuaca juga cerah.
Menurut dia, cuaca buruk di Selat Sunda justru terjadi beberapa pekan lalu. Ia mengatakan pertengahan Desember itu, ombak di laut justru tinggi. Angin kencang dan diikuti hujan deras terus mengguyur saban hari.
Hendro mengatakan cuaca yang berangsur cerah akhir pekan kemarin mendukung para wisatawan untuk menjajal permainan air. Di kawasan Tanjung Lesung tersebut, kata Hendro, disediakan sejumlah wahana. Di antaranya banana boat dan jet ski.
Akibat cuaca cerah, menurut pengamatannya, tetamu menikmati wahana air sepanjang Sabtu sore. Tampak di antaranya tamu hotel dari Kementerian Pemuda dan Olahraga serta PLN yang tengah menggelar family gathering di sana.
Sebelum tsunami Tanjung Lesung terjadi pun, kata Hendro, tak ada tanda-tanda angin kencang, getaran, atau air laut yang mendadak surut. "Semuanya terlihat biasa saja. Makanya saya enak duduk-duduk," ujarnya.
Simak: Tsunami Selat Sunda Menyisakan Mobil-mobil yang Teronggok
Tsunami Selat Sunda yang menggulung kawasan pesisir Banten dan Lampung menyebabkan 222 orang meninggal. Korban terbanyak terjadi di kawasan wisata Tanjung Lesung. Malam itu, kebetulan ada acara family gathering juga dari PT PLN. Mereka tengah asik menyaksikan band Seventeen di atas panggung saat tsunami menerjang.