TEMPO.CO, Jakarta - Pengungkapan kasus penyiraman penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diyakini tidak akan terjadi. Hingga kini pengungkapan kasus tersebut tidak mendapatkan titik terang.
Baca: Kasus Penyiraman Novel Baswedan, KPK: Belum Ada Titik Terang
Dalam jajak pendapat yang digelar tempo.co, perkembangan pengungkapan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan cukup mendapat perhatian besar. Namun, pembaca mayoritas pesimistis terhadap perkembangan tersebut.
Pada jajak pendapat yang berlangsung sejak 3 Desember hingga 10 Desember 2018, ada 1.357 pembaca tempo.co yang memberikan suara mereka terhadap persoalan ini. Sebanyak 1.033 orang (76,12 persen) menilai kasus penyerangan Novel Baswedan tidak akan terungkap. Sementara 249 orang (18,35 persen) menganggap kasus itu akan terungkap, sedangkan sisanya sebanyak 75 orang (5,53 persen) mengaku tidak tahu.
Sikap warga seolah dipertegas oleh pernyataan Ketua KPK Agus Rahardjo baru-baru ini yang mengungkap laporan perkembangan pengungkapan kasus tersebut oleh Kepolisian. “Kepolisian belum menemukan titik terang," ujar Agus saat ditemui di Jakarta Selatan Selasa 4 Desember 2018.
Selain mendapat laporan per periodik dari Kepolisian terkait perkembangan kasus tersebut, Agus mengatakan KPK juga terus melakukan komunikasi, seperti saat Presiden Jokowi dan Kapolri Jendral Tito Karnavian menghadiri Konfrensi Nasional Pemberantasan Korupsi 4 desember lalu.
Sementara Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku sudah menerima laporan perkembangan dari Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian terkait pengusutan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.
"Saya sudah mendapat laporan mengenai progress perkembangan dari Kapolri yang juga sudah bekerjasama dengan KPK, Kompolnas, Ombudsman, Komnas HAM," kata Jokowi di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa, 4 Desember 2018..
Sayangnya, alih-alih menyampaikan laporan yang diterimanya, Jokowi justru meminta awak media untuk menanyakan langsung kepada Tito untuk hasil perkembangan kasus yang terjadi pada April 2017 itu. "Ditanyakan langsung ke Kapolri," katanya.
Adapun usulan mengenai pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) kasus Novel Baswedan, Jokowi mengatakan tergantung Tito. "Selama Kapolri belum menyampaikan seperti ini ke saya, ya silakan ditanyakan ke Kapolri," ujarnya.
Sudah setahun lewat sejak Novel Baswedan diserang orang tak dikenal pada April 2017. Novel disiram menggunakan air keras seusai salat subuh di Masjid Al-Ihsan. Namun, hingga kini, polisi belum juga menangkap pelaku penyerangan tersebut.
Terkait dengan penyerangan terhadap dirinya, Novel Baswedan akan terus mendesak Presiden Jokowi mengungkap kasusnya tersebut. Dia tetap berkeyakinan kepolisian tidak bisa mengungkap penyiraman air keras itu. "Karena itu, saya tetap mendesak Presiden sebagai atasan Polri," katanya.
Novel diserang dua orang tak dikenal pada 11 April 2017 lalu. Salah satu penyerang menyiramkan air keras, yang mengenai mata Novel, saat penyidik kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik itu pulang salat subuh berjemaah di masjid dekat rumahnya.
Akibatnya, kedua mata Novel mengalami kerusakan serius. Mata kiri Novel mengalami kerusakan 95 persen. Ia sempat menjalani perawatan di Singapura. Mata kirinya diimplan total dan mata kanannya memakai hard lens untuk membantu penglihatan.
Setelah menjalani perawatan intensif di Negeri Singa itu, Novel Baswedan pulang ke Indonesia pada 22 Februari 2018, dan kini telah bekerja kembali di KPK.