TEMPO.CO, Surabaya - Syachrul alias Syahrul Anto, 48 tahun, penyelam Indonesia Diving Rescue Team yang meninggal saat mencari korban pesawat Lion Air JT 610 di Tanjung Karawang, semasa hidup dikenal sebagai pribadi yang humoris. Namun di balik itu, ia sosok yang taat beribadah.
Baca: Penyelam Meninggal Saat Pencarian Lion Air, Dikenal Suka Menolong
“Kepeduliannya kepada kemanusiaan juga tinggi,” kata kakak ipar almarhum, Ibnu Abdullah, saat ditemui di rumah duka, Jalan Bendul Merisi Utara VIII Nomor 41, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Sabtu, 3 Nopember 2018.
Menurut Ibnu, sebelum terlibat dalam pencarian korban Lion Air, Syachrul juga pernah bergabung dalam tim pencari korban pesawat Air Asia QZ 8501 rute Surabaya – Singapura yang jatuh di perairan Pangkalan Bun pada 28 Desember 2014. Syachrul juga beberapa minggu terlibat dalam pencarian korban gempa dan tsunami di Palu. “Padahal ia baru saja pulang haji,” tutur Ibnu.
Di luar kesibukannya sebagai relawan, Syachrul mengelola bisnis ekspedisi PT Indra Warsiga di Makassar. Almarhum memang warga perumahan Green Palm, Jalan Lumbu, Kota Makassar. “Semula ia buka cabang juga di Surabaya, namun belum lama ini ditutup,” kata dia.
Baca: Penyelam Tewas Saat Pencarian Lion Air, Diduga Akibat Dekompresi
Sebelum dipanggil Basarnas untuk bergabung dengan tim relawan pencari Lion Air, kata Ibnu, Syachrul sempat datang ke rumah orang tuanya di Surabaya, lalu ke Blitar dan Yogyakarta. Ibnu menduga kondisi fisik adik iparnya sedang kurang fit saat pergi ke Tanjung Karawang. “Mungkin kecapekan, sebab setelah pulang haji belum sempat istirahat,” ujar dia.
Jenazah Syachrul dimakamkan di Pemakaman Islam Bendul Merisi Surabaya. Anak nomor tiga dari tujuh bersaudara itu meninggalkan putrid semata wayang, Jihan Fialisa, dan istri Linda Kurnia.