TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa pembakaran bendera tauhid atau bendera hitam bertuliskan aksara Arab dengan kalimat tauhid di Garut, Jawa Barat, memunculkan reaksi yang beragam di kalangan masyarakat. Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, mengimbau warga tak terprovokasi oleh kejadian itu.
Baca: Tanggapan MUI Soal Video Pembakaran Bendera
"Saya minta masyarakat tetap tenang," kata Sandiaga saat ditemui awak media di Lapangan Bulungan, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Oktober 2018.
Sandiaga mengatakan telah mendengar kabar sensitif mengenai peristiwa pembakaran bendera tersebut. Aksi ini terekam dalam sebuah video berdurasi lebih-kurang 02.05 menit yang viral di media sosial. Dalam video itu, tampak belasan orang berseragam Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU).
Seorang yang diduga anggota Banser memegang bendera bertuliskan kalimat tauhid. Sedangkan yang lainnya berkumpul untuk berbarengan menyulut api. Api itu makin membesar dan cepat membakar bendera karena dipantik dengan koran-koran yang dibakar.
Orang-orang dalam video ini lantas menyanyikan lagu NU. Sedangkan seorang lainnya mengibarkan bendera merah-putih. Ukuran bendera itu cukup besar.
Baca: Pembakaran Bendera Tauhid, Maarif Institute Minta Warga Bijak
Terhadap kejadian yang ramai dibincangkan dari mulut ke mulut ini, Sandiaga emoh berkomentar. Ia khawatir pernyataannya soal bendera justru bakal menimbulkan kegaduhan. Lagi pula, kata dia, isu pembakaran bendera bertuliskan tauhid bukan isu utama yang digaungkan kubunya untuk berkampanye.
"Semua cool saja, sejuk, jangan menambah statement yang malah tambah membuat panas. Saya gak mau menambah panas suasana," ujar Sandiaga, menambahkan. Ia menyerahkan hal itu ke aparat hukum. Sedangkan masyarakat, ujar Sandiaga, bakal memiliki penilaian masing-masing.