TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia atau TNI akan membangun 300 tenda hunian sementara (huntara) untuk korban terdampak likuifaksi di Balaroa, Palu Barat, Sulawesi Tengah. Sebagai awalan, TNI telah mendirikan 25 tenda percontohan pada Minggu, 13 Oktober 2018.
Baca: TNI Bantah Ada Penolakan Relawan Asing untuk Korban Gempa Palu
Pembangunan tenda huntara dilakukan oleh pasukan gabungan prajurit TNI dari Batalyon Infanteri Para Raider 432/Waspada Setia Jaya (Yonif Para Raider 432/WSJ) Divisi 3/Kostrad di bawah komando Kapten Inf Maskur Riyadi. "Kami juga dibantu PMI dan relawan lainnya," kata Kapten Inf Maskur Riyadi saat ditemui di Palu, Minggu, 14 Oktober 2018.
Tenda milik TNI dapat menampung 8-10 orang. Maka itu, tempat tinggal sementara ini bisa dipakai untuk satu sampai dua keluarga.
Maskur mengklaim, tenda bantuan TNI dapat memberi kenyamanan sementara bagi para pengungsi yang rumahnya luluh-lantak akibat gempa. Ruang yang longgar pun membuat para pengungsi bebas bergerak.
Di lokasi yang sama, TNI juga mendirikan musala dan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) di pengungsian tersebut. "Ada juga tandon air bersih," ujar Maskur.
Baca: 220 Personel TNI untuk Gempa Lombok Dialihkan ke Palu - Donggala
Selain di Balaroa, tenda huntara TNI dibangun di Desa Bangga, Sigi, Sulawesi Tengah. Ada 104 tenda yang didirikan di sana. Tenda-tenda itu diperhitungkan mampu menampung hingga 400 orang.
Komandan Sektor (Dansektor) Wilayah Sigi Kolonel Inf Verianto Napitupulu mengatakan tenda bisa dipakai sementara oleh para pengungsi supaya memiliki tempat tinggal yang lebih layak ketimbang tinggal di bawah terpal. Verianto mengatakan proses pembangunan tenda huntara melibatkan 60 personel TNI.
Tenda huntara di Sigi dilengkapi dengan MCK dan tandon air bersih. Masyarakat yang terdata rumahnya roboh diharapkan dapat langsung segera menempati tenda-tenda itu.