TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang melanda sejumlah daerah di Suamtera Barat dan Sumatera Utara setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir. Salah satunya banjir Mandailing Natal yang mengakibatkan 11 orang siswa SD meninggal akibat terseret arus.
Baca: Banjir Mandailing Natal, 11 Siswa SD Terseret Arus Saat Belajar
"Data sementara yang dilaporkan BPBD Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat, banjir dan longsor menyebabkan 22 orang meninggal, 15 orang hilang, dan puluhan orang luka-luka," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 13 Oktober 2018.
Data sementara BNPB, kata Sutopo, 13 orang meninggal dan 10 oranng hilang di Mandailing Natal. 11 di antaranya merupakan siswa Madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal. Sepuluh orang juga diperkirakan hilang akibat tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir bandang pada Jumat, 12 Oktober 2018.
Dua korban meninggal lainnya ditemukan setelah hanyut bersama kendaraannya masuk sungai. Menurut Sutopo Kejadian berlangsung mendadak saat Sungai Aek Saladi tiba-tiba mengalir dengan debit besar dan membawa lumpur hingga meluap dan menerjang bangunan madrasah. "Jumlah korban hilang masih dapat berubah karena belum dapat dipastikan, korban tertimbun lumpur dan material tembok yang roboh," ujarnya.
Korban jiwa selanjutnya kata Sutopo diakibatkan oleh longor di kota Sibolga dan menewaskan empat orang, 25 rumah pun rusak berat dan 100 rumah terendam banjir dengan ketinggian 60-80 cm
Di Sumatera Barat, banjir bandang menerjang Nagari Tanjung Bonai, di Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar pada Kamis, empat orang meninggal dunia dan 3 orang hilang.
Sutopo menambahkan banjir juga terjadi di Kabupaten Pasaman Barat. Satu korban meninggal dunia dan dua warga hilang. 500 unit rumah pun terendam oleh banjir, selain itu tiga unit jembatan roboh.
Simak juga: Berikut Data 11 Siswa SD Meninggal Akibat Banjir Mandailing Natal
Menurut Sutopo penyelamatan dan pencarian korban masih dilakukan, medan yang berat dan lokasi yang berada di pinggir hutan membuat akses sulit untuk dijangkau. "Pemerintah daerah setempat sudah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor," kata dia.