TEMPO.CO, Medan - Banjir besar terjadi di 11 kecamatan dan 24 desa di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara pada Jumat, 12 Oktober 2018. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumut Komisaris Besar Tatan Dirsan mengatakan 11 orang siswa SD meninggal akibat terseret arus banjir Mandailing Natal. Sementara satu orang belum ditemukan.
Simak juga: Banjir Mandailing Natal, 11 Siswa SD Terseret Arus saat Belajar
Tatan mengatakan para korban yang merupakan siswa SD Negeri 235 meninggal ketika sedang belajar. "Saat terjadi banjir siswa SD 235 sedang belajar. Dan mereka tersapu air yang datang tiba-tiba." kata Tatan, Sabtu 13 Oktober 2018.
Mereka adalah:
1. Isroil 9 Tahun
2. Habsoh 9 Tahun
3. Alfisyahri 9 Tahun
4. Masitoh 9 Tahun
5. Dahleni 10 Tahun
6. Tiara 10 Tahun
7. Isnan 10 Tahun
8. Ahidan 10 Tahun
9. Rian syahputra 10 Tahun
10. Sohifah 12 Tahun
11. Aisyah 12 Tahun.
Adapun satu korban yang belum ditemukan bernama Mutiah, 12 Tahun. Seluruh korban sudah dimakamkan di Desa Muara Saladi. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Panyabungan, Ulu Pungkut hingga menuju Kecamatan Natal.
Akibat banjir Mandailing Natal ini 9 rumah rusak parah dan 12 lainnya hanyut terbawa arus. Sementara itu, 3 gedung pemerintah berupa poliklinik dan Gedung SD Negeri 235 rusak parah. Adapun Gedung PKK hanyut terbawa arus air.
Simak juga: 5 Banjir Mematikan di Dunia Sepanjang 2018
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Riadil Lubis mengatakan, banjir dan longsor terjadi di Kecamatan Panyabungan, Ulu Pungkut hingga menuju Kecamatan Natal. Menurut Riadil ada 11 Kecamatan dan 24 desa yang tersapu banjir." Jumlah korban meninggal 11 orang dan tertimbun longsor 1 orang masih dalam pencarian di Desa Ulu Pungkut," kata Riadil, Sabtu 13 Oktober 2018. Hingga saat ini pencarian korban banjir Mandailing Natal masih dilakukan.