TEMPO.CO, Jakarta - Kantor SAR Balikpapan memberangkatkan tim untuk membantu proses pemulihan pasca bencana gempa Donggala dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah. Personil terdiri berbagai unsur tim penyelamat, tenaga medis, dan sukarelawan.
Baca: Tsunami Palu, BNPB Temukan Banyak Korban di Pantai
“Terdapat 28 personil yang berangkat malam ini,” kata Kepala Kantor SAR Balikpapan, Gusti Anwar Mulyadi, Ahad, 30 September 2018 dini hari.
Para sukarelawan Balikpapan, kata Gusti, menumpang KM Wisanggeni yang merupakan salah satu kapal rescue SAR Balikpapan. Berangkat dari Pelabuhan Somber Balikpapan.
KM SAR 236 Wisanggeni merupakan kapal sepanjang 40 meter dipergunakan untuk memberikan pertolongan rescue jalur pelayaran Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar.
Kapal produksi galangan kapal Batam ini efektif mampu membantu proses evakuasi korban kecelakaan laut. Kapal seharga Rp 60 miliar ini memiliki kecepatan maksimal 27 knot sehingga berguna evakuasi korban di perairan laut.
Gusti mengatakan, personil SAR Balikpapan diprioritaskan membantu pemulihan para korban bencana tsunami dan gempa. “Tim kami bisa melakuka rescue, pengobatan dan pencarian korban,” paparnya.
Selain itu, SAR Balikpapan pun membawa perlengkapan dan logistik yang dibutuhkan para korban bencana. Logistik ini merupakan sumbangan masyarakat di Kalimantan Timur yang perduli akan nasib dialami penduduk di Palu maupun Donggala.
“Kami membawa logistik dan bahan bakar memadai bagi SAR di Palu. Informasinya tidak ada pasokan bahan bakar yang memadai di sana saat ini,” kata dia.
SAR Balikpapan akan berada di Palu dalam kurun waktu yang belum ditentukan. Mereka akan kembali ke Balikpapan bila dirasakan kondisi Palu sudah cukup memungkinkan.
Hingga Sabtu sore, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah ada 384 korban meninggal. Selain itu, 500 orang diperkirakan luka-luka akibat gempa dan tsunami ini. Terdapat banyak bangunan seperti rumah, kantor, dan fasilitas umum rusak.
Pantauan Tempo, di lokasi-lokasi pengungsian masih belum banyak dibentuk dapur umum. Makanan sehari-hari berupa mie dan nasi di masak oleh warga dan para relawan yang ada di lokasi pengungsian.
Simak juga: Kata Ahli Geologi Soal Gempa Donggala Picu Tsunami Palu
Selama menelusuri lokasi gempa Donggala dan tsunami Palu, Tempo memang mendengar keluhan warga yang kekurangan makanan dan air. Sepanjang menyisir lokasi pengungsian banyak warga meneriakan kekurangan air minum.