TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan meminta pemerintah membantu pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab yang dikabarkan dicegah pergi ke Malaysia oleh pemerintan Saudi Arabia. Menurut Zulkifli, kendati Rizieq punya perbedaan pandangan dengan pemerintah Indonesia, namun dalam hal kesulitan yang sedang dihadapi, pemerintah tetap wajib membela.
Baca: Kemenkumham Bantah Intervensi Pencekalan Rizieq Shihab
“Kalau ada warga Indonesia yang teraniaya di negeri orang, pemerintah wajib membela. Terlepas ia berbeda sikap, tetap harus dibela. Itu perintah konstitusi,” ujar Zulkifli pada Tempo di sela kampanye bersama calon wakil presiden Sandiaga Uno di Kafe Satu Atap, Jalan Pacar Nomor 2, Kota Surabaya, Kamis, 27 September 2018.
Rizieq yang tinggal di Arab Saudi sejak setahun lalu dikabarkan dihalang-halangi pemerintah setempat pada Juli 2018 saat akan terbang menyelesaikan disertasinya di sebuah perguruan tinggi di Malaysia. Tiga kali Rizieq batal berangkat karena dicekal.
Anggota Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Damai Hari Lubis, mengatakan Rizieq Shihab juga pernah berencana pulang ke Indonesia. Rencana kepulangannya, kata Damai, untuk menghadiri peringatan milad FPI ke-20 pada Ahad, 19 Agustus 2018, namun batal.
Rizieq juga tak diizinkan bepergian ke negara lain. Menurut keterangan yang Damai terima, pihak imigrasi Arab Saudi tak memberikan alasan pencekalan. Damai hanya mengetahui cerita pencekalan Rizieq saat hendak berangkat ke Malaysia pada Juli 2018.
Baca: Jawab Keluhan Rizieq Shihab di Arab Saudi, Fadli Zon: Ini Kasus
Namun menurut bekas pengacara Rizieq, Kapitra Ampera, tidak ada pencekalan oleh Saudi. Menurutnya definisi pencekalan tidak berlaku bagi warga negara asing yang ingin pergi dari negara yang sedang dikunjunginya.
“Begini, kalau kita masuk ke suatu negara, negara itu berhak menerima atau berhak juga menolak,” ujar Kapitra di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Rabu 26 September 2018.
Kapitra mengaku sempat berkomunikasi dengan Rizieq pada kunjungannya ke Saudi pada 15 September lalu. Ia mengatakan tidak ada sama sekali aksi pencekalan. Namun memang tempat tinggalnya di Saudi kerap disambangi oleh petugas kepolisian setempat. “Mereka melakukan investigasi, bahwa ada kumpulan massa yang mereka anggap mengarah pada politik,” ujarnya.