TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy atau Romi buka suara soal polemik pernyataan anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD di acara program diskusi Indonesia Lawyer Club (ILC) yang disiarkan TV One pada 14 Agustus kemarin.
Baca juga: Polemik Cawapres Jokowi, Mahfud MD Diperhitungkan Karena Dua Hal
Dalam program itu, Mahfud blak-blakan mengenai cerita di balik kegagalannya menjadi calon wakil presiden Joko Widodo (Jokowi) di pemilihan presiden 2019.
Lewat akun Twitter-nya, @MRomahurmuziy, Romi bercerita ia dan Mahfud telah bertemu kemarin malam. "Saya dan beliau akhirnya bertemu dan mendapat penjelasan utuh tentang situasi dan latar belakang pernyataannya di ILC," cuitnya, Sabtu, 17 Agustus 2018.
Ia membenarkan jika telah menghubungi Mahfud sebelum Jokowi mengumumkan siapa cawapresnya. Namun Romi menyangkal pernyataan Mahfud bahwa ia mengatakan mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu sudah final jadi cawapres Jokowi.
"Semalam disetujui sekaligus sebagai ralat di ILC, saat itu kalimat saya adalah "kemungkinannya 90 persen". Bahkan saya susuli, "10 persen lagi akan dikonfirmasi ke beberapa pihak," ujarnya.
Baca juga: Mahfud MD: Pak Jokowi Tak Usah Merasa Bersalah
Sebelumnya dalam acara ILC TV One Mahfud MD menyatakan Jokowi berada di bawah tekanan partai politik. Dia bercerita bertemu dengan Jokowi untuk membahas cawapres pada suatu hari.
"Pak Jokowi menjelaskan peristiwanya dihadapkan pada situasi sulit," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu. Menurut dia, Jokowi memilih dirinya menjadi cawapres sebelum pilihan kemudian dijatuhkan kepada Ma'ruf Amin.
Namun, kata Mahfud, para ketua umum partai politik mendatangi Jokowi membawa calon masing-masing. "Saya tidak bisa menolak. Saya kan bukan ketua partai, sementara koalisi harus ditandatangani," ujar Mahfud menirukan Jokowi.