TEMPO.CO, Jakarta - CEO Riset Saiful Mujani Research Center (SMRC) Djayadi Hanan membandingkan tingkat kematangan Presiden inkumben Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY saat menghadapi Pilpres di periode kedua.
Baca juga: NasDem Berharap JK Jadi Ketua Tim Pemenangan Jokowi - Ma'ruf
Menurut Djayadi, Jokowi terlihat kurang matang ketimbang SBY. Padahal dari segi kekuatan politik Jokowi saat ini lebih unggul ketimbang saat SBY maju untuk putaran kedua pada 2009 silam.
"Dibanding SBY, Jokowi kurang matang dan tegas dalam menghadapi Pilpres periode kedua sebagai petahana," ujar Djayadi Hanan saat dihubungi Ahad, 12 Agustus 2018.
Menurut Djayadi, Jokowi terkesan lebih dikontrol oleh partai dalam menentukan calon wakil presidennya yaitu Ma'ruf Amin. Penentuan Ma'ruf Amin terjadi di H-1 pendaftaran capres ke KPU.
Baca juga: Jalani Tes Kesehatan, Jokowi dan Ma'ruf Ditemani Anak Bungsu
Sebelumnya nama Mahfud MD digadang-gadang bakal menjadi pendamping Jokowi. Mahfud bahkan telah mengurus segala keperluan untuk pencalonan wapres. Salah satunya dengan mengurus surat bebas dari kasus pidana di Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta.
Mahfud bahkan telah berada di seberang restoran Plataran-tempat para ketua partai koalisi Jokowi berkumpul-untuk mendengarkan keputusan koalisi. Namun ternyata Jokowi memilih Ma'ruf Amin setelah pertemuan itu.
Djayadi membandingkan dengan SBY saat akan maju pada periode kedua 2009 silam. Saat itu, SBY kata Djayadi lebih independen da tegas di partai koalisi saat memutuskan nama Boediono sebagai calon wakil presidennya.
Menurut Djayadi saat itu dukungan politik untuk SBY setahun sebelum Pilpres hanya pada kisaran 33 persen. Sedangkan untuk Jokowi dukungan mencapai 50 persen.
Seharusnya dengan keunggulan tersebut, Djayadi menambahkan Jokowi lebih siap dan matang untuk menghadapi Pilpres periode dua. Jokowi, kata dia seharusnya juga memiliki kekuatan terhadap partai koalisi dalam menentukan sikap.
Baca juga: Akui Ma'ruf Amin Tidak Milenial, Begini Strategi Kubu Jokowi
Namun, menurut Djayadi, kekuatan Jokowi dalam partai koalisi masih lemah, dengan mudah dikontrol oleh partai.
Hal ini yang menyebabkan Jokowi sebagai petahana tidak matang dibanding SBY. "Jokowi belum bisa bersikap independen terhadap keputusnya di partai koalisi," ujarnya.