TEMPO.CO, Medan - Pemerintah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, telah menyiapkan bantuan pendidikan bagi anak-anak korban KM Sinar Bangun yang karam di perairan Danau Toba. Bantuan pendidikan akan diberikan hingga tingkat perguruan tinggi.
“Sudah disepakati kalau bantuan pendidikan akan sampai perguruan tinggi”, ujar Bupati Simalungun, Jopinus Ramli Saragih atau JR Saragih, disela-sela peletakan batu pertama monumen kapal di Pelabuhan Tigaras pada Selasa, 3 Juli 2018.
Baca: Evakuasi KM Sinar Bangun Dihentikan, Bangkai Kapal Tak Diangkat
JR Saragih mengatakan komitmen tersebut sesuai dengan kesepakatan antar pihak, termasuk keluarga korban. Namun dirinya tidak menjelaskan secara rinci jenis bantuan yang akan diberikan nantinya.
Mantan Ketua Partai Demokrat Sumatera Utara tersebut berjanji bantuan akan diberikan hingga masa jabatannya sebagai bupati berakhir. Dirinya juga berharap bupati selanjutnya ikut melanjutkan bantuan kepada anak-anak tersebut.
Selain itu, JR Saragih juga ikut mencoba memotivasi anak-anak yang kehilangan orang tua dalam tragedi yang terjadi pada Senin, 18 Juni 2018. Anak-anak korban KM Sinar Bangun diharapkan dapat tetap bersemangat hingga berhasil meraih kesuksesan.
JR Saragih mencontohkan dirinya sejak kecil telah menjadi anak yatim. Meski begitu, dirinya tetap semangat hingga akhirnya dipercaya menjadi Bupati Simalungun selama dua periode. “Saya lahir juga orang tua saya sudah meninggal, tapi saya bisa seperti ini”, sambung JR Saragih.
Baca: Menteri Luhut Jamin Anak Korban KM Sinar Bangun Tak Putus Sekolah
Hari ini merupakan hari terakhir proses evakuasi karamnya KM Sinar Bangun. Meski telah menemukan posisi kapal, namun Basarnas serta keluarga memutuskan untuk tidak menarik bangkai kapal. Musababnya, medan yang harus dihadapi sangat berbahaya untuk melakukan proses evakuasi lanjutan.
Para keluarga korban juga sepakat untuk mengikhlaskan korban yang masih belum ditemukan. Tim dan keluarga melakukan doa bersama, prosesi tabur bunga dan peletakan batu pertama pembangunan monumen KM Sinar Bangun. Tujuannya untuk mengenang para korban yang berjumlah 164 orang yang dinyatakan masih hilang hingga saat ini.