TEMPO.CO, Simalungun - Badan SAR Nasional (Basarnas) mengandalkan alat tradisional berupa jaring pukat dalam pencarian KM Sinar Bangun di hari ke-14. Kapal tersebut sebelumnya tenggelam di dasar Danau Toba, Sumatera Utara, pada 18 Juni 2018.
Baca: Keluarga Korban KM Sinar Bangun Harap Kapal Bisa Segera Diangkat
Pada hari ke-14 pencarian kapal, jaring pukat dipasang di dua unit kapal penyeberangan feri KMP Sumut I dan II ke lokasi temuan gambar para korban, muatannya berupa sepeda motor dan bagian kapal. Adapun robot ROV milik Basarnas dan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang tersangkut di dalam perairan tengah diistirahatkan untuk perbaikan.
Direktur Operasional Basarnas, Bambang Suryo Aji mengatakan, pihaknya akan mendatangkan robot sejenis ROV yang juga berkemampuan mengangkat benda. "Alat itu nantinya diupayakan mengangkat jasad para korban yang berada di dasar danau pada kedalaman 455 meter," kata Bambang.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Simalungun menggagas dan memfasilitasi pertemuan dengan keluarga korban di Pamatang Raya. Pertemuan perlu dilakukan untuk mengambil satu kesepakatan, yaitu para korban dibiarkan tetap di danau atau diangkat ke daratan.
Baca: Pemkab Simalungun: Jumlah Penumpang KM Sinar Bangun 188 Orang
Bupati Simalungun JR Saragih memprediksi proses evakuasi beresiko pada ketidak-utuhan jasad korban lantaran sudah 14 hari sejak kejadian.
Aktivitas di Pelabuhan Tiga Ras Kabupaten Simalungun yang menjadi posko utama tidak seramai dan sesibuk seperti biasanya. Kelompok-kelompok orang yang berada di area pelabuhan didominasi warga yang memanfaatkan waktu libur untuk menyaksikan proses pencarian KM Sinar Bangun.