TEMPO.CO, Banyuwangi - Banjir bandang menerjang empat dusun di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi pada Jumat, 22 Juni 2018. Sekitar 300 rumah terdampak dan 15 diantaranya rusak berat akibat diterjang material banjir yang berula lumpur dan kayu. Tidak ada laporan korban jiwa dari kasus ini.
Seorang warga setempat, Jalu mengatakan air mulai terlihat masuk ke kampung sekitar pukul 09.00 WIB. Lama kelamaan, air bercampur lumpur mulai masuk dan kian deras.
"Melihat Sungai Badeng airnya deras, warga langsung bersiap-siap. Ternyata benar, air dari Sungai Badeng meluap dan membawa banyak lumpur," kata Jalu. Banjir bandang bercampur lumpur menerjang empat dusun di desa tersebut.
Baca: Hingga April 2018, Terjadi 371 Bencana Alam di Kabupaten Bogor
Empat dusun yang terdampak adalah Dusun Gari, Bangunrejo, Karangrejo, dan Wonorejo. Warga setempat langsung berusaha menyelamatkan barang-barang mereka sebisanya karena lumpur mulai masuk ke rumah-rumah warga. Tak hanya merusak rumah, akses jalan dari Banyuwangi menuju Jember melalui Gambor ditutup akibat jalan tertutup lumpur setebal 50 sentimeter.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mendatangi lokasi untuk memantau langsung. Menurut dia, banjir diakibatkan adanya gerakan tanah (sleding) di lereng Gunung Raung sisi Banyuwangi, tepatnya dari kawasan Gunung Pendil akibat curah hujan yang tinggi. Gunung Pendil adalah gunung yang muncul dari muntahan lahar dari ledakan gunung raung ratusan tahun silam sehingga gunung tersebut tidak terlalu solid dan rawan longsor.
Gerakan tanah tersebut mengakibatkan sejumlah material vulkanik Gunung Pendil yang mengendap ribuan tahun terangkat. "Ini merupakan aktivitas dari Gunung Raung. Hujan deras yang mengguyur Lereng Gunung Raung membuat endapan material vulkanik tersebut longsor. Akibatnya pohon-pohon yang ada di lereng Gunung Raung juga terseret aliran banjir," kata Anas saat datang ke lokasi.
Baca: Cegah Banjir, Pemerintah Jawa Barat Akan Perluas Tahura Djuanda
Anas pun menyampaikan bahwa longsoran material ini bukan akibat hutan gundul. Hasil penelitian dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi akhir Mei lalu membuktikan bahwa longsor di Raung akhir-akhir ini diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi yang mengikis permukaan tanah di lereng gunung. Hutan di Songgon masih lebat.
"Dari penelitian PVBMG bulan Mei lalu, areal longsor di hulu sungai Badeng tersebut memang cukup luas. Longsor yang terjadi di kawasan Raung ini mencapai ketinggian 390 meter dengan lebar 40-50 meter. Jadi ini murni faktor alam," kata Anas.
Saat di lokasi, Anas memastikan agar warga yang terdampak segera mendapat penanganan. Sisa-sisa material yang menggenangi perumahan warga akan segera dibersihkan oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah. "Konstruksi jembatan yang menjadi lintasan sungai akan segera diubah. Kami juga akan mengajak warga yang berpotensi terdampak untuk lebih tanggap bencana. Karena ini memang faktor alam, kita harus beradaptasi juga, meminimalisir resiko," kata Anas.
Baca: Daerah Rawan Banjir dan Longsor Puncak Bertambah, Ini Sebabnya
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi langsung mengerahkan empat eskavator untuk membersihkan lumpur. Anas telah memerintahkan untuk menambah eskavator agar proses pembersihan bisa lebih cepat. "Eskavator dan truk-truk ditambah untuk mempercepat proses normalisasi pasir di rumah-rumah warga, jalan, dan jembatan. Terutama jembatan agar bisa segera digunakan," kata Anas.
Pemerintah juga langsung mendirikan dapur darurat untuk para korban terdampak. "Kami juga telah meminta Bulog mengeluarkan stok beras untuk membantu warga yang terdampak," kata Anas.
Selain itu, pihaknya akan melakukan normalisasi terhadap saluran tersier yang berpotensi mengganggu 500 hektare sawah. Namun menurut Anas, untuk rumah yang rusak butuh proses karena membutuhkan waktu. "Baznas juga kami minta untuk terlibat membantu warga," kata dia.