TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan kode Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) dengan warna 'oranye' menyusul meletusnya Gunung Agung, Bali, Rabu siang ini. Kode tersebut menjadi petunjuk penerbangan bagi Kementerian Perhubungan dan Bandar Udara Ngurah Rai.
“Kode VONA oranye artinya ketinggian abu di bawah lima ribu meter di atas permukaan laut,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG Gede Suantika saat dihubungi, Rabu, 13 Mei 2018.
Baca: Gunung Agung Erupsi, Tinggi Kolom Abu Capai 2 Kilometer
Gunung Agung kembali meletus pukul 11:05 WITA. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) letusan ini tidak membahayakan warga Bali dan sekitarnya. Gunung Agung juga sempat meletus pada 22.41 pada Ahad 10 Juni 2018. Letusan tersebut menyebabkan hujan abu hingga 30 kilometer ke wilayah barat. Saat itu kode warna VONA untuk Gunung Agung juga oranye.
Menurut Gede, kode VONA oranye juga menunjukkan bahwa abu yang dikeluarkan gunung api, intensitasnya rendah. Laporan VONA berisikan informasi waktu letusan, tinggi letusan serta warna abu.
Baca: Gunung Agung Meletus Lagi Siang Ini, BNPB: Bali Aman
Menurut Corporate Secretary Angkasa Pura 1, Israwadi, status VONA dapat menjadi petunjuk bagi bandara untuk melihat sebaran abu di udara beberapa saat setelah gunung meletus. Menurut Israwadi, VONA oranye artinya abu letusan sebuah gunung berpotensi mempengaruhi penerbangan. “Kalau untuk pesawat, di samping letusan juga harus mewaspadai sebaran debu vulkanik,” kata dia.
Meskipun begitu, Israwadi mengatakan, penerbangan dari dan menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai masih berjalan dengan normal setelah letusan Gunung Agung. “Bandara masih buka, belum berdampak kepada kegiatan bandara. Sejauh ini juga operasional penerbangan masih berjalan,” kata dia kepada Tempo melalui pesan singkat.