TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menemui anak-anak terduga teroris yang selamat dari peristiwa pengeboman Surabaya dan Sidoarjo di Rumah Sakit Bhayangkara Soemari Mertojoso. Tujuh anak itu ialah seorang anak Tri Murtiono, pelaku pengeboman di Mapolrestabes Surabaya, AAP (7); tiga anak Anton Febrianto, terduga teroris di rumah susun Wonocolo, Sidoarjo yakni AR (15), FP (11), dan GHA (10); dan tiga anak Teguh alias Dedy Sulistianto yang tewas dalam penyergapan Densus 88 di Manukan Kulon.
Dalam pertemuan selama 30 menit, Risma menceritakan keadaan mereka. Seorang putri pelaku pengeboman Mapolrestabes Surabaya yang selamat, AAP, 7 tahun, sempat malu-malu saat berjumpa. Padahal, Risma sudah lama mendengar jika si anak ingin bertemu dengannya. "Katanya pengen ketemu sama aku?" kata Risma menceritakan ulang kepada awak media, Selasa, 12 Juni 2018.
Baca juga: Pemkot Surabaya Akhirnya Bayar THR PNS 2018
AAP sempat terlempar sekitar 30 meter saat ledakan terjadi. Kini, kondisi kesehatannya sudah membaik meskipun tangan kanannya patah.
Perlahan-lahan suasana mencair dan Risma mampu berbicara santai dengannya. AAP, kata dia, bercerita panjang lebar soal prestasinya. "Tadi dia cerita macam-macam kalau ternyata juara pencak silat se-Jawa Timur."
Tak hanya itu, AAP menyatakan rasa gembiranya bisa mempunyai banyak teman selama berada di Crisis Center. Sebelum berpisah, ia menyatakan keinginan agar bisa bersekolah bermain seperti semula. "Katanya pengen sekolah dan main-main seperti teman-teman yang lain. AAP aku kasih buku, lalu aku bawa bola dan aku kasihkan ke satu anaknya yang di Manukan biar dia nanti main bola."
Baca juga: Setelah Bom Surabaya, Risma Bangun Pengamanan Berbasis Teknologi
Sementara itu beberapa anak lainnya, kata Risma, masih dinilai terpengaruh oleh pemahaman orang tuanya. "Memang ada satu orang yang masih agak susah (dijelaskan), jadi perlu agak menjelaskan sedikit (pemahaman yang benar)," ujarnya.
Sejak awal, Risma diminta bantuan untuk mencari sosok psikolog yang tepat bagi mereka. Kepolisian meminta agar dicarikan pendamping yang tak hanya cakap dalam ilmu psikologi, tapi juga ilmu agama. Alasannya, mereka masih memiliki pemahaman yang merupakan hasil pengaruh dari orang tuanya.
Baca: Tetangga Sebut Terduga Pelaku Bom Surabaya Sering Kedatangan Tamu
Maka, Risma meminta satu orang dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk membantu menjelaskan dengan dalil-dalil Al Quran. "Ya syukur anak-anak itu sudah mulai menerima," ujar dia.
Tri Rismaharini menjelaskan, penanganan lanjutan anak-anak itu akan dilakukan oleh Kementerian Sosial. Mereka akan dikumpulkan dalam satu tempat rehabilitasi khusus yang lokasinya dirahasiakan. "Penanganannya nanti di Kemensos, karena kami tidak bisa sendiri-sendiri."
Perempuan 55 tahun itu berharap, anak-anak terduga teroris itu bisa tumbuh normal layaknya anak-anak biasanya. Kepada mereka ia berujar, agar lebih banyak berteman dan bersaudara sehingga belajar dan bermain bisa menyenangkan. "Mereka ingin sekolah."