TEMPO.CO, Surabaya - Keluarga terduga pelaku peledakkan bom Surabaya, Dita Upriyanto dan istrinya Puji Kuswati, kerap menerima tamu dari luar wilayah perumahan. Ketua Sub RT 02 RW 03 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Adi menerima laporan soal tetangganya tersebut dari petugas keamanan di perumahan kawasan Surabaya Timur itu.
"Di rumah Dita Oepriarto ada kumpul-kumpul seperti latihan bukan militer, latihan bela diri. Saya tidak curiga sama sekali," ujar dia di sekitar rumahnya, Ahad malam, 13 Mei 2018.
Meski mendapat tamu dari luar, tetangganya tak pernah diundang berkunjung ke rumah Dita. "Tetangganya tidak ada yang pernah masuk. Dia kalau ke rumah saya, saya persilakan. Tapi dia tidak pernah," kata Adi. Rumah di perumahan wilayah Kelurahan Wonorejo tersebut adalah miliknya pribadi, bukan kontrakan.
Mereka, kata Adi, sudah tinggal lebih dulu dibandingkan dirinya yang berada di sana sejak tahun 2000. Terduga pelaku, kata dia, sudah lebih dulu tinggal di sana. "Saya kenal, tiga tahun lalu dia ketua RT. Lalu enam bulan kemudian minta ganti."
Baca juga: Rekaman CCTV Detik-detik Bom Gereja di Surabaya Meledak
Adi, 50 tahun, menambahkan, keluarga pelaku terduga pengeboman gereja Surabaya itu cenderung tertutup. "Memang tertutup dan tidak pernah keluar rumah. Jarang bersosialisasi dengan warga sekitar," ujarnya. Menurut dia, sosok Dita dan Puji biasa saja. Pekerjaannya kadang-kadang membuat jamu tradisional. "Terakhir membuat minyak kemiri," ucapnya.
Meski begitu, Dita jarang mengikuti rapat rukun tetangga tak terkecuali istrinya, PK. Setiap arisan, istri Adi bertemu dengan Puji. Orangnya biasa saja, mengenakan pakaian muslimah namun tak bercadar. Di rumah terduga pelaku peledakan bom itu juga ditemukan beberapa barang diduga bom aktif yang kemudian diledakkan oleh Tim Gegana.
Menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Tito Karnavian, Dita dan keluarga disinyalir melakukan serangan bom ke tiga gereja di Surabaya. Dita melakukan serangan bom di Gereja Pantekosta. Ia menggunakan bom mobil.
"Itu menggunakan bom diletakkan dalam kendaraan setelah itu ditabrak. Ini ledakan yang terbesar dari ketiga ledakan itu," ujar Tito. Namun sebelum melakukan aksinya, Dita terlebih dahulu mengantar isteri dan dua anak perempuannya di Gereja GKI Jalan Diponegoro.
Baca juga: Pelaku Bom di Surabaya Satu Keluarga, Begini Pembagian Tugasnya
Adapun di GKI Diponegoro, Tito mengatakan bom, yang digunakan adalah bom yang diletakkan di pinggang. "Namanya bom pinggang. Ciri-ciri sangat khas, yang rusak bagian perutnya saja," ucapnya. Serangan bom di GKI Diponegoro diduga dilakukan Puji Kuswati dan dua anak perempuan Dita, FS (12 tahun) dan VR (9 tahun).
Di Gereja Santa Maria Tak Bercela, pengeboman dilakukan dua anak laki-laki Dita, yaitu Yusuf Fadil (18 tahun) dan FH (16 tahun). Tito mengatakan polisi belum mengetahui jenis bom yang digunakan.
Baca juga: ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Teror Bom Surabaya
Simak kabar terbaru tentang bom Surabaya hanya di Tempo.co.