TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menilai pembagian takjil berstiker #2019GantiPresiden merupakan upaya untuk mensosialisasikan aspirasi politik. Menurut dia, dinamika kontestasi stiker atau atribut lain bakal semakin gencar seiring pendaftaran calon presiden pada Agustus mendatang.
"Ada stiker #2019GantiPresiden dan ada stiker #JokowiDuaPeriode. Menurut hemat saya masing-masing berupaya mensosialisasikan aspirasi politiknya menjelang pemilu serentak," kata Zuhro saat dihubungi, Senin, 28 Mei 2018.
Baca: Pembagian Takjil #2019GantiPresiden, Jusuf Kalla: Tidak Etis
Pembagian takjil berstiker #2019GantiPresiden dilakukan Komunitas Relawan Sadar Indonesia (Korsa) di halaman pintu masuk Masjid Cut Mutia, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis, 24 Mei 2018. Aksi tersebut pun menuai komentar dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kalla menilai pembagian takjil berstiker #2019GantiPresiden tersebut merupakan hal yang tidak etis. Menurut dia, semestinya pembagian takjil tidak perlu memuat unsur politik jika niatnya beribadah.
Di tahun politik seperti saat ini, kata Zuhro, komunitas-komunitas kreatif menciptakan tagline dan idiom yang menarik. Menurut dia, kontestasi dalam pemilu itu akan memberikan nilai positif, bahkan dapat memberikan pembelajaran serta pencerahan kepada masyarakat, jika dikelola dengan benar dan profesional.
Baca: Soal Takjil #2019GantiPresiden, Mardani Ali Sera Jawab JK
Namun, dia melanjutkan, justru akan menimbulkan permusuhan, jika dilakukan dengan menghalalkan segala cara untuk memunculkan efek tak suka demi memenangkan pemilu. Hal itu akan menyebabkan muncul bibit-bibit rasa tak saling suka. "Inilah yang harus dihindari dan diakhiri supaya tak ada rasa permusuhan, karena bila diteruskan maka akan melanggar kesantunan," ujarnya.