TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Opini Publik Indonesia) mengeluarkan survei perihal citra yang diingat masyarakat jika mendengar Prabowo Subianto yang disebut-sebut bakal jadi penantang Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden 2019.
Para responden diajukan pertanyaan 'Apa yang Anda pikirkan pertama mendengar Prabowo Subianto?'. Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI, Vivi Zabkie, mengatakan surveinya ini nasional, meliputi 34 provinsi. "Ditanyakan ke 1135 responden, yang tidak merespon 65 responden," ujar Vivi saat dihubungi Tempo, Sabtu, 5 Mei 2018. Pengambilan data dilakukan pada 19 hingga 27 Maret 2018.
Baca: Indikator: Elektabilitas Jokowi 39,9 Persen; Prabowo 12,1 Persen
Dari 1.070 responden yang menjawab, 29,9 persen mencitrakan Prabowo sebagai pribadi yang tegas, 21,1 persen militer, 13,5 persen ketua umum Gerindra. Sedangkan 10,5 persen mencitrakan Prabowo sebagai calon presiden dan 2,6 persen mencitrakan Prabowo ambisius. Sisanya yaitu 5,4 persen menjawab tidak tahu.
Sebanyak 2,2 persen responden ternyata masih mengingat Prabowo dengan tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. Sebanyak 1,7 persen responden juga masih mengingat Prabowo sebagai menantu Soeharto.
Vivi mengatakan, penelitian yang dilakukan lembaganya itu menggunakan metode wawancara tatap muka dan multi stage random sampling. Sebanyak 1.070 responden tersebut adalah masyarakat umum dengan usia lebih dari 17 tahun serta telah menikah.
Baca: Didukung Buruh, Prabowo Bicara Soal Ketimpangan Kekayaan
Menanggapi survei itu, anggota Badan Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Andre Rosiade menilai kesan bahwa Prabowo otak di balik tragedi Trisakti itu salah besar. Ia menegaskan pelaku penculikan pada 1998 itu bukan Tim Mawar Kopassus yang dipimpin Prabowo.
“Ini sudah diselidiki melalui pansus Trisakti dan pengadilan militer. Di pansus tersebut, pelaku penembakannya adalah polisi. Saya kan ada di lokasi saat itu,” kata Andre saat dihubungi Tempo.
Menurut Andre, Partai Gerindra akan terus menghalau isu-isu miring soal Prabowo melalui literatur dan publikasi kepada masyarakat. Andre menganggap munculnya isu yang merugikan Prabowo adalah hal yang biasa menjelang Pemilu 2019. “Ini menjelang pemilu dan masuk bulan Mei, ya goreng menggoreng isu biasa itu,” kata Andre.
“Bang Fadli Zon sudah menulis buku Huru-Hara Mei 1998, Pak Kivlan Zein juga membuat buku. Saya sebagai mantan Presiden Mahasiswa Trisaksi juga ditugaskan mengcounter isu-isu ini,” kata Andre lagi.