TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan pembagian sembako yang dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. "Dulu lebih bersifat masif dan tertutup," katanya di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Rabu, 11 April 2018.
Moeldoko mengungkapkan pembagian itu bersifat tertutup karena diberikan saat momentum tertentu, seperti kejadian bencana alam. Menurut Moeldoko, pembagian sembako pada era Jokowi hanya berbeda "warna tas" dan banyak dikomentari karena menjelang pemilihan presiden 2019.
Baca juga: Presiden Jokowi Ulang Tahun, Bagi 3.000 Paket Sembako di Bogor
"Menjadi sensitif. Padahal sebelumnya sudah berjalan. Sebelum pemerintahan Pak Jokowi juga sudah berjalan. Hal yang sama seperti itu, jadi bukan hal baru," ujarnya.
Dari sejumlah kritikan yang diterimanya, Moeldoko pun memberikan klarifikasi terkait dengan alasan penggunaan kupon dan pelibatan aparat kepolisian saat membagikan sembako. Ia menuturkan sering ada kejadian korban pingsan atau meninggal karena berebut sembako.
Untuk mencegah hal itu terjadi, polisi diminta mengatur pembagiannya. Selain itu, Moeldoko mengatakan pemberian kupon bertujuan agar penerima sembako tepat guna kepada masyarakat yang membutuhkan.
Baca juga: Ini Isi Paket Sembako Merah Putih Jokowi
Saat kunjungan kerja Jokowi ke Sukabumi, beredar potongan kupon bertuliskan "Kupon Sembako Kunjungan Presiden RI" berstempel Polres Sukabumi yang viral di media sosial. Pembagian sembako itu dituding sebagai kampanye menjelang pemilihan presiden 2019.