TEMPO.CO, Surabaya - Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berterimakasih terhadap sejumlah lembaga survei yang menempatkan elektabilitasnya di posisi tinggi sebagai calon wakil presiden Joko Widodo atau cawapres Jokowi. Terakhir pada Ahad, 25 Maret 2018, Polcomm Institute melansir hasil survei bahwa elektabilitas AHY tertinggi sebagai cawapres Jokowi.
Menurut Agus segala ekspektasi masyarakat terhadapnya layak diamini. “Semua doa baik, saya syukuri. Kalau itu harapan masyarakat, perlu kita apresiasi,” kata Agus saat mengunjungi kantor portal berita di Surabaya, Beritajatim.com, Ahad, 1 April 2018.
Baca: Survei Polcomm Institute: AHY Tertinggi sebagai Cawapres Jokowi
Ihwal bersedia tidaknya jika digandeng Jokowi sebagai cawapres pada pemilihan presiden 2019, Agus menyerahkan sepenuhnya kepada keputusan mantan wali kota Surakarta itu. “Tergantung Pak Jokowi, karena wakil kan dipilih presidennya. Masak wakil yang memilih presiden,” tuturnya.
Meski demikian Agus tak ingin terburu-buru mengomentari masalah cawapres Jokowi. Alasannya, realitas yang dimunculkan survei tersebut harus lekat dan sesuai dengan keadaan politik saat ini. Selain itu, Demokrat juga masih butuh membangun kepercayaan dengan partai-partai lain untuk mewujudkan presidential treshold 20 persen agar bisa mengusung capres alternatif atau menyodorkan cawapres. “Saya bekerja keras untuk berupaya ke sana dulu,” katanya.
Simak: Keliling Daerah, AHY Serukan Dirinya Bisa Jadi Capres Alternatif
Agus berujar mendekati masa penetapan calon presiden dan wakil presiden pada Agustus 2018 situasi politik makin panas. Namun, soal capres atau cawapres ia tidak ingin tergesa-gesa bersikap lantaran masih punya agenda berkeliling daerah untuk memenangkan calon Partai Demokrat dalam pemilihan kepala daerah.
Menurut Agus jika calon yang diusung Demokrat menang, artinya masyarakat percaya pada partainya. “Saya tidak ingin kemrungsung (tergesa-gesa) (membicarakan soal capres atau cawapres) yang akhirnya justru kehilangan arah,” katanya.
KUKUH S. WIBOWO