TEMPO.CO, Jakarta - Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY meraih elektabilitas tertinggi sebagai calon wakil presiden Joko Widodo. Tingginya elektabilitas Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat itu sebagai cawapres Jokowi didasari hasil survei yang dilakukan Polcomm Institute.
"Elektabilitas cawapres yang dipilih responden untuk mendampingi Jokowi di pilpres 2019 menempatkan AHY teratas dengan 24,08 persen," ujar Direktur Polcomm Institute Heri Budianto saat merilis hasil surveinya di Jakarta, Ahad, 25 Maret 2018.
Baca: PDIP Bahas Cawapres Jokowi Setelah Pilkada
Elektabilitas AHY dalam survei itu mengungguli Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan dengan 20,08 persen dan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo, 18,92 persen. Di posisi keempat dan kelima bertengger nama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dengan 10,33 persen dan Puan Maharani 6,83 persen.
Heri menuturkan hasil survei itu memperlihatkan publik lebih memilih Jokowi didampingi cawapres berlatar belakang militer. Adapun 30,54 persen responden menginginkan bekas Wali Kota Solo itu didampingi cawapres dari luar Jawa. "Sosok militer dianggap lebih tegas untuk melengkapi sosok Jokowi saat ini," katanya.
Simak: Ziarahi Taufiq Kiemas, Muhaimin Izin Jadi Cawapres Jokowi
Sedangkan untuk pendamping Prabowo Subianto, 21,83 persen responden memilih Gatot. Nama Gatot mengungguli Zulkifli dengan 18,5 persen dan AHY 15,5 persen. Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan muncul berikutnya dengan 10,83 persen dan Muhaimin Iskandar 10,42 persen.
Namun Heri melihat ada ketidakkonsistenan dari responden. Sebab, nama yang dimunculkan tidak sinkron dengan preferensi latar belakang cawapres Prabowo yang dipilih publik. Dalam survei yang sama, kata Heri, 28,2 persen memilih Prabowo didampingi calon dari latar belakang tokoh agama. Sedangkan untuk tokoh politik, elektabilitasnya 17,83 persen, kalangan profesional 15,4 persen, dan militer 15,24 persen.
Lihat: Pengamat: Peluang Airlangga Hartarto Jadi Cawapres Jokowi Kecil
Menurut Heri, hal tersebut disebabkan minimnya pengetahuan responden tentang latar belakang tokoh nasional. "Responden lebih hafal nama daripada latar belakang tokoh," ucapnya.
Survei Polcomm menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. Survei dilakukan melalui wawancara langsung secara tatap muka pada 18-21 Maret 2018 dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,73 persen.