TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menjabarkan analisisnya mengenai peluang Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres mendatang.
"Menurut saya dalam logika elektoral tidak masuk akal. Buat apa jenderal disandingkan dengan jenderal," kata dia kepada Tempo, Jumat, 16 Maret 2018. Apalagi, Prabowo hanya jenderal bintang tiga, sementara Gatot jenderal bintang empat. "Agak aneh capresnya bintang tiga, sementara cawapresnya bintang empat."
Baca juga: PKS: Gatot Nurmantyo Harus Mulai Dekati Parpol
Belum lagi, lantaran sama-sama berlatar belakang TNI, maka keduanya punya pangsa pasar yang sama dan tidak saling melengkapi. Dari sejumlah nama yang beredar di bursa calon wakil presiden, Yunarto menyebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lebih menarik untuk digaet Prabowo.
"Kombinasi militer, sipil dan pemuda menurut saya itu lebih memiliki variabel saling melengkapi, ketimbang Gatot yang menurut saya lebih sulit," tutur dia.
Partai Gerindra kemungkinan akan kembali mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2019. Bahkan, kemarin, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan telah mengantongi sejumlah nama untuk disandingkan menjadi calon wakil presiden.
"Sudah ada nama-nama cawapres, barangkali 12 sampai 15 orang dari partai dan non parpol," ujar Muzani. Sebanyak tujuh nama di antaranya berasal dari kalangan partai politik.
Selain itu, Muzani menyebutkan nama calon wakil presiden untuk Prabowo juga menimbang dari kalangan militer, tokoh Islam, pengusaha, dan tokoh perempuan. "Nama-nama yang banyak muncul kemudian kita inventarisir kemungkinan-kemungkinannya," kata Muzani.
Baca juga: PAN dan PKS Tanggapi Klaim Penjajakan untuk Usung Gatot Nurmantyo
Menurut Yunarto, pilihan lain untuk Gatot Nurmantyo adalah merapat ke poros ketiga yakni ketika Demokrat, PAN, dan PKB merumuskan poros baru. Namun, dia merasa peluang Gatot di poros itu pun tidak mudah, mengingat Demokrat kemungkinan besar akan memajukan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Menurut saya memasangkan militer dengan militer, Gatot dengan Agus bukan kombinasi yang saling melengkapi," kata dia. Kalau pun sang jenderal maju dan disandingkan dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Yunarto menghitung bakal sulit. "Lalu bagaimana AHY ditempatkan?"
Peluang Gatot merapat ke poros utama Joko Widodo pun, kata dia, sama sulitnya. "Tidak mungkin lah. Kita sudah tahu dari bagaimana tidak diteruskannya posisi Gatot (sebagai panglima)," kata dia.
Gatot Nurmantyo akan dideklarasikan sebagai calon presiden 2019 oleh Relawan Selendang Putih Nusantara pada awal April mendatang, setelah dia resmi pensiun dari TNI. "Insya Allah (akan segera deklarasi)," ujar Ketua Relawan Selendang Putih Nusantara, Rama Yumatha.
Relawan Selendang Putih Nusantara adalah kelompok relawan yang mendukung Gatot Nurmantyo untuk maju sebagai capres. Mereka mengklaim sebagai tim yang beroperasi secara mandiri.