TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kembali dihebohkan dengan penyerangan pemuka agama atau ulama yang belakangan diketahui pelakunya adalah orang yang mengalami gangguan jiwa. Menurut Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko penyerangan pemuka agama ini tidak berkaitan dengan pemilihan kepala daerah atau Pilkada Serentak 2018.
“Tak ada hubungannya dengan pilkada, hanya memanfaatkan situasi saja untuk kepentingan yang lebih besar, seperti mempunyai ambisi lain. Apalagi menjelang Pemilu, bisa saja ambisi ke sana,” ucapnya. Ia tak menjelaskan secara detail mengenai hal itu.
Baca: Hoax Ulama Diserang Orang Gila, Belasan Tersangka Wajib Lapor
Moeldoko mengatakan penyerangan terhadap pemuka agama tersebut merupakan model lama yang mudah sekali dikenali. Sebab kasus serupa juga pernah terjadi menjelang tahun 1997 dan setelah itu. “Model lama yang mudah sekali dikenali, hanya yang perlu didalami siapa yang bermain di belakang itu. Tapi, modus itu operandi yang lama sudah sering dilakukan,” tutur dia.
“Jadi, bagi kami sangat mudah untuk mengenali tujuannya apa, manfaat yang dia inginkan dan seterusnya,” lanjut Moeldoko.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa saat ini aparat tengah mencari siapa sebetulnya aktor di belakang penyerangan ulama tersebut. Karena mereka menggunakan segala cara untuk ambisi atau kepentingan yang lebih besar. “Sekarang ini aparat sedang mencari siapa sebetulnya di belakang, aktornya itu siapa,” jelasnya.
Baca: Kodam III Bantah Babinsa Terlibat Hoax Serangan ke Tokoh Agama
Sebelumnya terjadi penyerangan beberapa ulama yang diduga dilakukan oleh orang mengalami gangguan jiwa. Dua bulan terakhir sudah lima penyerangan terhadap pemuka agama. Di antaranya adalah KH. Hakam Mubarok, pengasuh Ponpes Karangasem, Lamongan, pemimpin Pondok Pesantren Al Hidayah, Bandung, Kiai Umar Basri dan Komando Brigade Persatuan Islam di Bandung, Ustad Prawoto, tewas dianiaya orang yang diduga mengalami depresi.
Selanjutnya sekelompok orang mempersekusi Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Legok, Tangerang. Dan terakhir penyerangan Gereja Santa Lidwina Sleman oleh mahasiswa.