TEMPO.CO, Jakarta- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan alasan penggunaan nama bunga untuk untuk siklon atau wilayah atmosfer bertekanan rendah yang bercirikan pusaran angin, di wilayah Indonesia. Nama bunga diambil agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.
“Pemberian nama itu juga harus tidak menimbulkan kepanikan,” ujar Dwikorita kepada Tempo pada Jumat, 1 Desember 2017.
Baca: Gubernur Soekarwo Tinjau Bencana Pacitan Lewat Udara
Menurut Dwikorita, nama-nama bunga juga diambil untuk mewakili keunikan dari Indonesia. BMKG Indonesia memberi daftar nama berurut sesuai abjad mulai dari A sampai Z yang kemudian diterima dan disetujui oleh World Meteorological Organization (WMO).
Nama-nama itu kemudian akan dikeluarkan jika suatu siklon sudah terbentuk di teritorial Indonesia. “Kalau satu siklon tropis telah terbentuk, barulah kita beri nama sesuai dengan yang kita daftarkan,” ujarnya.
Baca: Mengapa Siklon Tropis di Indonesia Dinamakan Cempaka dan Dahlia?
Siklon tropis Cempaka baru-baru ini telah memberi pengaruh terhadap kondisi cuaca di Indonesia. Siklon tersebut juga yang diduga menjadi penyebab banjir di wilayah Yogyakarta dan Pacitan. Berdasarkan hasil analisis BMKG, curah hujan di Yogyakarta pada 28 November 2017 mencapai 286 milimeter perhari dan di wilayah Pacitan pada 27 November mencapai 383 milimeter perhari. Curah hujan yang terjadi tersebut merupakan curah hujan kategori ekstrem yakni diatas 150 mm/hari.
Pada 29 November 2017, siklon tropis Dahlia kemudian lahir pada posisi 8.2 Lintang Selatan dan 100.8 Bujur Timur atau sekitar 470 kilometer sebelah Selatan Bengkulu dengan pergerakkan ke arah Tenggara menjauhi wilayah Indonesia. Lahirnya siklon tropis Dahlia akan berdampak pada peningkatan hujan lebat, tinggi gelombang, angin kencang, maupun potensi kilat atau petir di beberapa wilayah di Indonesia.
Diperkirakan akan terjadi hujan sedang hingga lebat di pesisir Barat Bengkulu hingga Lampung, Banten, dan Jawa Barat bagian Selatan. Selain itu, angin kencang diatas 20 knots atau 36 kilometer perjam akan melanda pesisir Barat Sumatera Barat hingga Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.