TEMPO.CO, Jakarta– Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa penyebutan nama “Cempaka” dan “Dahlia” untuk siklon atau wilayah atmosfer bertekanan rendah yang bercirikan pusaran angin, mempunyai alasan tersendiri. Ia mengatakan bahwa siklon di Indonesia memang memilih nama-nama bunga untuk penyebutannya agar tidak menimbulkan kepanikan dalam penyebutannya.
“Dalam komunikasi publik, pemberian nama itu juga harus tidak menimbulkan kepanikan,” ujar Dwikorita saat dihubungi Tempo pada Jumat, 1 Desember 2017.
Selain agar tidak menimbulkan kepanikan, kata Dwikorita, nama-nama bunga diambil untuk mewakili keunikan dari Indonesia. Dia mengatakan dulunya Indonesia pernah memakai nama “Durga”, namun mendapat protes dari Pemerintahan India. “Ternyata diprotes, karena nama Durga bukan hanya Indonesia yang memakai, makanya kami putuskan nama bunga,” kata dia.
Baca: Siklon Tropis Dahlia Picu Angin Kencang di Bandung
Dwikorita mengatakan, daftar nama siklon untuk Indonesia telah didaftarkan ke World Meteorological Organization (WMO). BMKG Indonesia memberi daftar nama berurut sesuai abjad mulai dari A sampai Z yang kemudian diterima dan disetujui oleh WMO.
Nama-nama itu kemudian akan dikeluarkan jika suatu siklon sudah terbentuk di teritorial Indonesia. “Kalau satu siklon tropis telah terbentuk, barulah kita beri nama sesuai dengan yang kita daftarkan,” kata Dwikorita.
Baca: Dampak Siklon Dahlia, Tinggi Gelombang Laut Bisa Mencapai 7 Meter
BMKG baru dipercaya oleh WMO untuk memantau dan memberikan peringatan dini terjadinya siklon untuk region pasifik pada tahun 2008. Sebelumnya, kata Dwikorita, peringatan tersebut didapat dari Jepang atau Australia. “Setelah dianggap mampu, baru kita sendiri yang memantau dan mengeluarkan peringatan dini,” ujarnya.
Siklon tropis Cempaka baru-baru ini telah berdampak terhadap kondisi cuaca di Indonesia. Siklon tersebut juga yang diduga menjadi penyebab banjir di wilayah Yogyakarta dan Pacitan.
Berdasarkan hasil analisis BMKG, curah hujan di Yogyakarta pada 28 November 2017 mencapai 286 mm/hari dan di wilayah Pacitan pada 27 November mencapai 383 mm/hari. Curah hujan yang terjadi tersebut merupakan curah hujan kategori ekstrem yakni diatas 150 mm/hari.
Pada 29 November 2017, siklon tropis Dahlia kemudian lahir pada posisi 8.2 Lintang Selatan dan 100.8 Bujur Timur atau sekitar 470 kilometer sebelah selatan Bengkulu dengan pergerakkan ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia. Lahirnya siklon tropis Dahlia akan berdampak pada peningkatan hujan lebat, tinggi gelombang, angin kencang, maupun potensi kilat atau petir di beberapa wilayah di Indonesia. Di perkirakan akan terjadi hujan sedang hingga lebat di pesisir Barat Bengkulu hingga Lampung, Banten, dan Jawa Barat bagian Selatan. Selain itu, angin kencang diatas 20 knots atau 36 kilometer perjam akan melanda pesisir barat Sumatera Barat hingga Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.