TEMPO.CO, Pacitan - Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Bambang Widjanarko mengatakan bahwa sejumlah pengungsi korban banjir mulai gatal-gatal, sakit kepala, dan demam. “Pemeriksaan medis dan obat-obatan sudah kami berikan,’’ kata Bambang kepada Tempo, Kamis, 30 November 2017.
Layanan kesehatan diberikan di sejumlah lokasi pengungsian, seperti Madrasah Aliyah Negeri Pacitan dan posko bencana di sekitar kawasan Cuwik. Hal serupa juga dilakukan di pemukiman warga yang dijadikan pengusian. “Kami dibantu tim kesehatan dari Ponorogo, Madiun, Trengalek dan Provinsi Jawa Timur melakukan pelayanan mobile.’’
Baca: Jalur Ponorogo-Pacitan Kembali Terputus ...
Bambang mengatakan pasokan obat masih mencukupi. Selain dipasok dari gudang farmasi Dinas Kesehatan setempat, kebutuhan pengungsi ditopang bantuan dari tim kesehatan dari daerah tetangga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan menyatakan bahwa pasokan logistik berupa sembako juga masih mencukupi. ”Logistik dari masyarakat lokal, swasta, dan pemerintah siap dan mencukupi,’’ kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan, Dianita Agustina Wati
Selain dari Pacitan, menurut dia, bantuan logistik dari luar daerah mulai berdatangan. Ini seiring dengan terbukanya jalur Ponorogo – Pacitan di wilayah Kecamatan Slahung yang sebelumnya tertutup material longsor. “Kami upayakan logistik lokal selain dari luar kota yang sudah datang,’’ ujar Dianita. Logistik bantuan yang didistribusikan itu seperti selimut, makanan siap saji, genset, dan alat komunikasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Baca juga: Pacitan Prioritaskan Bantuan Logistik untuk ...
Sejak bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Pacitan, Selasa, 28 November 2017, sekitar 4.200 warga mengamankan diri ke tempat lebih aman. Para pengungsi ini adalah warga dari empat kecamatan, yakni Arjosari, Pacitan, Kebonagung, dan Ngadirojo. Mereka mengungsi ke beberapa lokasi, di antaranya masjid, balai desa, dan pemukiman yang jauh dari ancaman banjir maupun tanah longsor.