INFO NASIONAL - Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2015 memberikan pembelajaran bagi masyarakat di provinsi rawan karhutla. Kejadian itu membuat masyarakat mulai menyadari akan pentingnya penerapan pengelolaan pertanian tanpa bakar. Karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengajak semua pihak agar dapat memfasilitasi masyarakat dalam pengolahan lahan tanpa membakarnya.
“KLHK mendorong partisipasi semua pihak untuk ikut berperan memfasilitasi para petani di daerah rawan karhutla untuk mengembangkan usaha pertanian, khususnya secara teknis dan membantu pemasaran. Dengan demikian, hal ini akan mengoptimalkan upaya pencegahan karhutla,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup Raffles B. Panjaitan, saat kegiatan corporate social responsibility (CSR) yang dilakukan Pertamina RU II Dumai, di Kelurahan Sei Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Selasa, 18 Oktober 2017. Kegiatan ini dihadiri Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) M. R. Karliansyah.
Baca Juga:
Raffles berharap kegiatan itu dapat membantu para petani lebih mandiri dan tidak melakukan pembakaran lahan lagi dalam mengolah lahannya.
Selain mendorong pembinaan kelompok tani oleh para pihak, KLHK secara rutin membina Masyarakat Peduli Api (MPA) sebagai mitra Manggala Agni dalam mengendalikan karhutla. Hingga kini, ada sebanyak 9.963 personel MPA di seluruh Indonesia. “Kami tetap mengharapkan para pihak untuk ikut andil dalam upaya mencegah karhutla, tidak hanya pemerintah pusat maupun daerah, tapi juga dunia usaha dan masyarakat,” katanya.
Brigade Pengendalian Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manggala Agni, terus melakukan pemadaman di beberapa lokasi. Di Jambi, Manggala Agni Daops Bukit Tempurung melakukan pemadaman di Desa Muntialo, Kecamatan Betar, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pada lahan seluas sekitar satu hektare. Di Sulawesi Tenggara, Manggala Agni Daops Tinanggea melakukan pemadaman di Desa Tatangge, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, pada lahan seluas sekitar 6,56 hektare.
Baca Juga:
Meskipun saat ini hujan turun di beberapa wilayah rawan karhutla, tapi pantauan satelit NOAA pada 19 Oktober 2017, pukul 20.00, menunjukkan 20 hotspot dengan jumlah paling tinggi di Kalimantan Barat sebanyak 10 titik dan sisanya tersebar di Kalimantan Tengah (dua titik), Kalimantan Timur (tiga titik), Sulawesi Selatan (dua titik), dan Jawa Timur (tiga titik).
Dengan demikian, berdasarkan satelit NOAA untuk periode 1 Januari-19 Oktober 2017, terdapat total 2.448 hotspot. Pada periode yang sama di 2016, tercatat sebanyak 3.691 hotspot, sehingga terjadi penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.243 titik atau sebesar 33,67 persen. Sedangkan satelit TERRA-AQUA (NASA) confidence level 80 persen mencatat terdapat 2.009 hotspot, jumlah ini menurun 1.660 titik (45,24 persen), turun dibandingkan dengan 2016 sebanyak 3.669 titik. (*)