TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Fahri Hamzah, meminta masyarakat dan elite politik untuk sementara berhenti membicarakan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dari kontestasi politik di Indonesia. Menurut dia, masih banyak orang yang lebih baik dari Ahok untuk dijadikan sebagai pemimpin di Indonesia.
“Saya menyarankan berhenti saja, enggak usah ngomongin Ahok lagi dulu,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 13 Oktober 2017.
Baca juga: Djarot Buka Rahasia Jokowi dan Ahok Soal Mal Pelayanan Publik
Ia menyadari banyak pihak yang ingin membawa Ahok kembali masuk ke dalam persaingan politik di Indonesia. Hal ini, kata Fahri, lantaran mereka kecewa dengan kekalahan Ahok di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta ataupun kesal dengan keputusan pengadilan yang memvonisnya bersalah. “Tapi sudahlah, mari kita lihat ke depan,” tuturnya.
Ahok saat ini ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Ia menjadi terpidana penodaan agama akibat pernyataannya tentang Surat Al-Maidah ayat 51 saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu tahun lalu. Ucapan Ahok tersebut menuai protes besar dari kalangan masyarakat Islam. Jutaan massa menggelar unjuk rasa berkali-kali menuntut Ahok dihukum.
Menurut Fahri, apa yang terjadi itu karena Ahok telah menjadi beban bangsa. Karena itu, ia meminta masyarakat tidak lagi membicarakannya, terlebih saat ini Ahok sedang menjalani masa hukumannya. “Yang sudah jadi beban, sudahlah,” ucapnya.
Simak pula: Resmikan 18 Puskemas dan 2 RSUD, Djarot: Janji Jokowi-Ahok Tuntas
Sebelumnya, hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan Ahok menjadi tokoh yang paling diunggulkan sebagai bakal calon wakil presiden bagi Presiden Joko Widodo di pemilihan presiden 2019. Ia unggul dibandingkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Jokowi dan Ahok pernah berpasangan menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada 2012-2014. Setelah Jokowi menjadi presiden, Ahok naik menggantikannya sebagai gubernur.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan tingginya elektabilitas Ahok lantaran masih banyak masyarakat yang ingin melihat keduanya kembali berduet, namun kali ini di skala nasional.
Baca juga: Pak Presiden, Ternyata Ini Penyebab Gesekan TNI-Polisi Soal Senjata