TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memberi nama baru bagi enam ruas jalan arteri atau ring road yang mengelilingi wilayah Kota Yogyakarta dengan sejumlah nama kerajaan dan raja dari Suku Sunda, yakni Jalan Padjajaran dan Jalan Siliwangi.
Peresmian nama baru di ruas jalan sepanjang 36,73 kilometer itu dilakukan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Simpang Jombor Yogya, , Selasa 3 Oktober 2017. Turut hadir pula Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, serta Sekretaris Daerah Jawa Timur Akhmad Sukardi yang mewakili Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Baca juga: Jokowi Bakal Lantik Sultan Sebagai Gubernur DIY di Yogyakarta
Selain Jalan Siliwangi yang membentang sepanjang 8,58 kilometer di ruas arteri barat dan Jalan Padjajaran sepanjang 10 km di ruas arteri utara, Pemerintah DIY juga memberi nama baru bagi jalan arteri timur dengan nama Jalan Majapahit sepanjang 3,08 kilometer.
Lalu jalan arteri tenggara bernama Jalan Brawijaya sepanjang 5,8 kilometer. Sedangkan jalan arteri selatan dinamai Jalan Ahmad Yani sepanjang 6,5 km. Untuk ruas arteri barat daya dinamai Jalan Prof DR.Wirjono Projodikoro sepanjang 2,7 kilometer.
Baca Juga:
Baca juga: Ketika Sultan Jalan-jalan di Titik Nol Saat PKL Malioboro Libur
“Suku Jawa dan Sunda sebagai dua suku besar di Indonesia seperti memiliki persoalan sejarah belum selesai bahkan hingga republik ini lahir,” ujar Sultan pada saat peresmian jalan.
Sultan mengatakan di masa silam, para pemimpin kerajaan nusantara saling berkompetisi demi mengalahkan satu sama lain. Namun sayangnya, setelah NKRI lahir, seolah masih ada dendam psikologis di wilayah bekas kerajaan-kerajaan itu yang akhirnya turun hingga generasi saat ini dan menimbulkan prasangka kesukuan tak berkesudahan.
“Sudah saatnya rekonsiliasi kultural untuk menyatukan lagi nusantara ini, agar tak ada lagi prasangka dan dendam antar anak bangsa,” ujarnya.
Baca juga: Sultan HB X Soal Isu PKI di Aksi 299: Tergantung kepentingannya
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengakui bahwa persoalan antara suku Sunda dan Jawa memang masih sering dijumpai pada psikologis sebagian masyarakat Sunda.
Pemicu hubungan emosional Sunda-Jawa itu menurut Aher tak lain akibat sebuah fakta sejarah yakni peristiwa Pasunda Bubar atau lebih dikenal Perang Bubat yang terjadi abad 14 silam.
Peristiwa ini bercerita tentang peperangan antara Kerajaan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk dengan Kerajaan Sunda di bawah Prabu Maharaja Linggabuana yang mengakibatkan tewasnya seluruh rombongan Sunda.
“Hingga akhirnya sampai sekarang tak ada jalan bernama Majapahit dan Hayam Wuruk di Jawa Barat,” ujar Aher.
Aher menambahkan, sama halnya dengan kondisi di wilayah Jawa lain seperti Jawa Timur, Tengah, juga DIY, tak ada nama Padjajaran dan Siliwangi.
Aher pun bersyukur, di Yogyakarta sekarang ada jalan bernama Pajajaran dan Siliwangi.
“Kami akan kontak Jawa Timur agar juga bersedia memberi nama jalan di sana dengan Padjajaran dan Siliwangi, kami juga akan siapkan nama Hayam Wuruk dan Majapahit di Jawa Barat,” ujar Aher.
PRIBADI WICAKSONO