TEMPO.CO, Badung - Ribuan rektor perguruan tinggi se-Indonesia akan menyatakan sikapnya dalam melawan radikalisme. Deklarasi akan dibacakan di hadapan Presiden Joko Widodo di Bali Nusa Dua Convention Center.
Sejak Senin, 25 September 2017, ribuan pemimpin kampus ini berkumpul di Bali dalam acara Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme. Mereka mendapatkan pembekalan materi tentang radikalisme dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius dan Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian.
Baca: Menristekdikti Nasir Kumpulkan Rektor, Rektor UNJ Absen
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan lebih dari 3.000 rektor bergabung dalam aksi kebangsaan ini. Ia berharap para rektor bisa merumuskan apa yang bisa diajarkan kepada para mahasiswanya untuk menangkal radikalisme.
Menurut Nasir, hasil kegiatan ini nantinya akan disampaikan ke kementerian. "Nanti kami akan keluarkan kebijakan," katanya di Bali Nusa Dua Convention Center, Senin malam.
Baca: BNPT Sebut Ada Rektor yang Terindikasi ISIS
Nasir menuturkan acara semacam ini penting digelar. Dalam sebuah survei pada 2011, ujar dia, ada 25 persen siswa dan 21 persen guru yang beranggapan Pancasila sudah tidak relevan. Selain itu, 84,8 persen siswa dan 72,6 persen guru setuju Indonesia berubah menjadi negara Islam.
Ia berharap hasil kegiatan perang lawan radikalisme ini diimplementasikan masyarakat di kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya kehidupan yang berlandaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. "Apa pun sukunya, agamanya, bahasanya, tetap satu Indonesia untuk memajukan kita menghadapi daya saing bangsa," ujar Nasir.