TEMPO Interaktif, Jakarta: Penggunaan bahan pengawet mayat --formalin-- pada makanan masih cukup tinggi. Badan Pengawas Obat dan Makanan mencatat, penggunaan formalin masih sekitar 5 sampai 10 persen sepanjang tahun 2006."Pada mie basah dan tahu, penggunaan formalin masih sekitar 5 persen. Sedangkan pada ikan dan makanan laut lainnya 10 persen," kata Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Dedi Fardiaz, di sela-sela pemberian penghargaan di Hotel Aston, Senen, Jakarta, Rabu (28/3).Data tersebut, diperoleh Badan Pengawas berdasarkan survei pada 22 ribu jenis makanan. Survei dilakukan secara random (acak) di seluruh Indonesia.Menurut Dedi, penggunaan formalin marak sejak tahun 1980-an. Tingkat penggunaan formalin meningkat drastis mulai tahun 2005. "Formalin itu khan termasuk disinfektan. Kalau lingkungan pabrik tahu jorok, tahunya tinggal dikasih formalin, beres," katanya.Kini Badan Pengawas bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan untuk melakukan pengawasan terhadap industri, terutama industri kecil, yang menggunakan formalin. "Kami melakukan pembinaan kepada pengusaha industri pangan kecil," katanya.Sedangkan kerja sama dengan Departemen Perdagangan dilakukan dengan memperketat prosedur menjual dan membali formalin. Hanya distributor dan pengecer resmi yang berhak membeli dan menjual formalin. "Kami sedang fokus pada pengetatan prosedur itu," katanya.PRAMONO