Masyarakat NU Jawa Tengah melakukan aksi demonstrasi menolak kebijakan Full Day School di depan kantor Gubernur Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Banyumas - Ribuan anggota badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Banyumas mendatangi Alun-alun Purwokerto, Senin, 7 Agustus 2017. Mereka berunjuk rasa menolak penerapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Lima Hari Sekolah.
"NU bagian dari benteng NKRI. Kami sudah kenyang mengenyam persoalan bangsa. Penolakan full day school bagian dari bentuk kepedulian kami dan bentuk tanggung jawab kami kepada NKRI," kata koordinator lapangan pengunjuk rasa, Taufik Hidayat.
Kebijakan fulldayschool, kata Taufik, dianggap tidak manusiawi karena selama lima hari, murid yang juga santri pondok NU, dipaksa menghabiskan waktu di sekolah. "Pendidikan manusia tidak seutuhnya difokuskan secara intelektual, tapi juga diimbangi dengan nilai-nilai spiritual," ujarnya.
Taufik menambahkan, pemerintah perlu memperhatikan situasi dan kondisi warga di pedalaman dan perbatasan. Wilayah tersebut, menurut dia, memiliki kearifan lokal masing-masing yang harus dihormati, seperti adanya interaksi anak dengan lingkungan dan keluarga.
Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang NU Kabupaten Banyumas KH Maulana Ahmad Hasan mengatakan menolak Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017. Dia meminta Presiden Joko Widodo menegur sekaligus mencopot Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Menurut dia, penolakan tersebut sejalan dengan instruksi PBNU dan PWNU Jawa Tengah.
Maulana meminta kurikulum 2013 diberlakukan lagi karena dinilai sudah memiliki pendidikan karakter. Kebijakan fulldayschool, kata dia, merugikan 70 ribu madrasah diniyah dan ratusan ribu Taman Pendidikan Al-Quran di bawah naungan NU.
Selama ini, Maulana mengaku, sering mendapat aduan dari madrasah diniyah yang setiap sore nyaris kehabisan santri. Selain itu, ada laporan dari orang tua yang mengaku prihatin dengan kondisi anaknya yang kelelahan sepulang sekolah. "Program sekolah 5 hari sangatlah tidak ramah lingkungan dan budaya pendidikan agama di Indonesia," ujarnya.