DPR Ancam Bekukan Anggaran KPK - Polri, Kopel: Arogansi Kekuasaan

Reporter

Kamis, 22 Juni 2017 07:02 WIB

Direktur KOPEL Syamsuddin Alimsyah Melaporkan Dugaan Korupsi Reklamasi Kawasan Pantai Losari ke KPK, Senin, 25 April 2016. TEMPO/Maya Ayu

TEMPO.CO, Makassar -Dewan Pimpinan Rakyat (DPR) mengancam akan membekukan anggaran untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.

Hal itu langsung direspon Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia. Menurut Direktur Kopel Indonesia, Syamsuddin Alimsyah, ancaman pembekuan anggaran tersebut sebagai sikap arogansi kekuasaan yang dipertontonkan oleh DPR kepada publik.

"Sebenarnya ini tak boleh terjadi. Harusnya DPR sadar jika yang mau dilakukannya itu bentuk pengkhianatan atas mandat yang diberikan untuk memberantas korupsi," kata Syamsuddin, Rabu 21 Jumi 2017, menegaskan.

Baca juga:
DPR Ancam Boikot Anggaran 2018, KPK: Biar Rakyat yang Menggugat

Ia menjelaskan bahwa DPR seharusnya menjadi aktor utama dalam pemberantasan korupsi, tapi kenyataannya hal itu gagal dilaksanakannya lantaran masih menjadi lembaga terkorupsi. Apalagi, lanjut Syamsuddin, dengan dibentuknya panitia khusus hak angket terhadap KPK. "Hak angket ini saja bagian bentuk penyalahgunaan wewenang dengan memaksakankan kuasanya. Padahal bertentangan dengan konstitusinya sendiri UU MD3," kata Syamsuddin.

Menurut dia, pembentukan hak angket tersebut melanggar karena KPK itu bukan lembaga pemerintah. Bahkan ia menegaskan jika proses pembentukan hak angket cacat prosedur sesuai persyaratan dalam UU MD3 Nomor 17 tahun 2014 khususnya Pasal 201. "Tugasnya DPR itu hanya memiliki kewenangan membahas dan menyetujui APBN, tapi tak memiliki kewenangan eksekusi pencairanan pembiayaan dan operasional lembaga lain yang sebelumnya sudah disetujui," katanya.

Baca pula:
Soal Pembekuan Anggaran, Fahri Hamzah: DPR Perlu Disiplinkan KPK

Oleh karena itu, kata dia, sebagai solusi tepat maka KPK harus mempercepat proses kasus e-KTP yang melibatkan Miryan S Haryani untuk segera melimpahkan ke pengadilan. "Dan kita berharap hakim menetapkan perintah membuka rekaman pemeriksaan Miryam ketika di KPK," ujar Syamsuddin. "Ini agar semua terang siapa saja nama yang disebut terlibat korupsi dana e-KTP dan alur dananya bagaimana."

Sebelumnya anggota panitia khusus hak angket KPK, Muhammad Misbakhun menyarankan anggota DPR untuk membekukan anggaran KPK dan Polri tahun 2018.

DIDIT HARIYADI

Berita terkait

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

4 jam lalu

KPK Terima Konfirmasi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Bakal Hadiri Pemeriksaan Hari Ini

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sudah 2 kali mangkir dalam pemeriksaan KPK sebelumnya dan tengah mengajukan praperadilan.

Baca Selengkapnya

Kasus Suap Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba, KPK Tetapkan 2 Tersangka Baru

9 jam lalu

Kasus Suap Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba, KPK Tetapkan 2 Tersangka Baru

KPK menangkap Abdul Gani Kasuba beserta 17 orang lainnya dalam operasi tangkap tangan atau OTT di Malut dan Jakarta Selatan pada 18 Desember 2023.

Baca Selengkapnya

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

11 jam lalu

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.

Baca Selengkapnya

Babak Baru Konflik KPK

13 jam lalu

Babak Baru Konflik KPK

Dewan Pengawas KPK menduga Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melanggar etik karena membantu mutasi kerabatnya di Kementerian Pertanian.

Baca Selengkapnya

KPK Panggil Plh Kadishub Asep Koswara sebagai Saksi Kasus Suap Bandung Smart City

14 jam lalu

KPK Panggil Plh Kadishub Asep Koswara sebagai Saksi Kasus Suap Bandung Smart City

KPK telah menetapkan bekas Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan bekas Sekda Bandung Ema Sumarna sebagai tersangka kasus suap proyek Bandung Smart City.

Baca Selengkapnya

Mantan Pimpinan KPK Menilai Nurul Ghufron Layak Diberhentikan, Dianggap Insubordinasi Melawan Dewas KPK

14 jam lalu

Mantan Pimpinan KPK Menilai Nurul Ghufron Layak Diberhentikan, Dianggap Insubordinasi Melawan Dewas KPK

Mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto menganggap Nurul Ghufron tak penuhi syarat lagi sebagai pimpinan KPK. Insubordinasi melawan Dewas KPK.

Baca Selengkapnya

Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor di PN Jaksel Ditunda, KPK Tak Hadiri Sidang

15 jam lalu

Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor di PN Jaksel Ditunda, KPK Tak Hadiri Sidang

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali alias Gus Muhdlor mengajukan praperadilan ke PN Jakarta selatan. Dua kali mangkir dari pemeriksaan KPK.

Baca Selengkapnya

Dua Kali Mangkir dari Pemeriksaan KPK, Gus Muhdlor Jalani Sidang Praperadilan di PN Jaksel Hari Ini

18 jam lalu

Dua Kali Mangkir dari Pemeriksaan KPK, Gus Muhdlor Jalani Sidang Praperadilan di PN Jaksel Hari Ini

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menggelar sidang perdana praperadilan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

21 jam lalu

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mengatakan kenaikan tarif tidak boleh membebani mayoritas penumpang KRL

Baca Selengkapnya

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sudah Dua Kali Mangkir, KPK: Penyidik Bisa Menangkap Kapan Saja

23 jam lalu

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sudah Dua Kali Mangkir, KPK: Penyidik Bisa Menangkap Kapan Saja

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengatakan jemput paksa terhadap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor tak perlu harus menunggu pemanggilan ketiga.

Baca Selengkapnya