Cerita Bagaimana 16 WNI Bebas dari Wilayah Konflik Marawi
Editor
Elik Susanto
Minggu, 4 Juni 2017 05:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 16 WNI yang tinggal di daerah konflik Marawi, Filipina, telah kembali ke Tanah Air, Sabtu malam, 3 Juni 2017. Mereka dinyatakan tidak terlibat konflik bersenjata di sana. Konsulat Jenderal Indonesia di Davao, Filipina, Berlian Napitupulu, menyatakan timnya telah menginvestigasi kemungkinan keterlibatan mereka dengan kelompok bersenjata ISIS.
"Kami menghubungi beberapa pihak untuk mengkonfimasi," kata Berlian di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu, 3 Juni 2017. Mereka merupakan jemaah tabliq Masjid Raya Kebun Jeruk, Jakarta. "Mereka ke Filipina untuk berdakwah."
Baca: Laporan Tempo dari Medan Perang: Marawi seperti Kota Mati
Berlian menjelaskan, untuk menemukan kelompok tersebut konsulat menghubungi langsung perwakilan pengurus masjid di Filipina yang mensponsori kedatangan jemaah. "Mereka menyatakan jemaah dari Indonesia clean dan clear, tidak ada kaitannya dengan konflik bersenjata di Marawi dan Mindanao," kata Berlian.
Berlian juga menghubungi pengurus masjid lainnya, Masjid Abu Bakar di Marawi yang dijadikan lokasi dakwah jemaah tabliq asal Indonesia. Pihak lain yang dimintai keterangan adalah Ismail Karim, pemimpin Islam di Marawi, dan pemerintah setempat.
Baca: Belasan WNI Dievakuasi dari Marawi ke Davao
Perwakilan jemaah tabliq asal Bandung, Hendris, mengatakan kedatangannya ke Marawi untuk berdakwah. "Kami berkegiatan di mesjid, berdakwah, mengajak kebaikan," kata Hendris.
Hendris berdakwah dari masjid ke masjid selama empat bulan di Marawi, yang sebenarnya baru selesai pada September nanti. Karena konflik pecah, kata Hendris, rombongan dari Indonesia harus segera angkat kaki dari Marawi. "Padahal saya sudah pesan tiket (pesawat) pulang September nanti," kata Hendris.
Perwakilan jemaah tabliq Masjid Raya Kebon Jeruk, Abdullah Awang, yang menjemput kedatangan rombongan mengatakan sudah biasa mengirim petugas dakwah ke ke berbagai negara. "Mereka hanya dakwah. Kami tidak ada hubungannya dengan peristiwa konflik," kata Abdullah.
Baca juga: Kemlu: 17 WNI yang Terjebak di Marawi Filipina untuk Berdakwah
Konflik di Marawi pecah setelah kelompok bersenjata yang menamakan dirinya sebagai pemberontak Maute berperang dengan militer Filipina. Mereka ingin mendirikan negara Islam jaringan ISIS di wilayah selatan Filipina itu.
Pemerintah Filipina menetapkan darurat militer di Mindanao. Sekitar 100 orang termasuk warga sipil menjadi korban. Saat konflik pecah, 16 WNI sedang berdakwah di dua lokasi di Filipina Selatan.
Rombongan jemaah tabliq dari Bandung yang terdiri 10 orang, bertugas di Mindanao, sekitar 20 kilometer dari Marawi. Adapun 6 WNI jemaah sisanya berasal dari Makassar dan sedang berada di Sultan Naga Dimaporo, sekitar 131 kilometer dari Marawi. Mereka kemudian dievakuasi pada Kamis, 1 Juni 2017 sebelum dipulangkan kemarin malam.
Sebelum dipulangkan, rombongan dimintai keterangan di Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan mereka diminta bercerita mengenai kondisi di lokasi terakhir.
Menurut Iqbal, pemerintah ingin menggali informasi yang penting dan relevan agar aparat hukum Indonesia bisa memahami situasi di Marawi. "Rombongan juga dimintai keterangan kalau-kalau pernah bertemu WNI lain di Marawi yang patut diduga terlibat konflik," kata Iqbal.
VINDRY FLORENTIN